Senin, 20 April 2009

Profil Fokus Utama

MEREKA BERKARYA UNTUK DIRI DAN ORANG LAIN

Menjadi pribadi yang bisa memberi inspirasi bagi orang lain tentu bukan perkara mudah. Toh, beberapa nama berikut, sadar atau tidak, telah berbuat sesuatu yang cukup berarti bagi diri dan lingkungannya. Selain nama-nama tersebut di bawah ini tentu masih banyak nama lain yang bisa disebut. Profil yang tersaji di bawah ini sekilas memberi gambaran tentang apa yang mereka lakukan.

Ide Kreatif Helmi Yahya
Presenter kondang dan produser acara televisi Helmi Yahya punya cara sendiri untuk menjadikan dirinya bermanfaat bagi orang lain. Sebagai produser beberapa program acara televisi, Presdir PT Triwarsana ini sengaja membuat tayangan-tayangan inspirasional yang bermanfaat buat orang banyak seperti tayangan Tolooong, Nikah Gratis, Bedah Rumah dan Uang Kaget. Selain itu, Helmi juga membuat tayangan yang cukup inspirasional berupa kuis dengan jumlah peserta hingga 100 orang yakni kuis Siapa Berani.
Menurut Helmi, umumnya tayangan-tayangan televisi tersebut merupakan hasil pemikirannya sendiri, meskipun ada beberapa diantaranya yang terinspirasi dari tayangan sejenis di luar negeri. Debut pertama Helmi sebagai produser tayangan televisi dimulai dari tayangan kuis Siapa Berani. Kuis yang dimulai setiap pukul 8 pagi dan ditayangkan setiap hari tersebut dianggap inspirasional karena menghadirkan 100 peserta dengan soal-soal yang dinilai dapat menambah pengetahuan dan wawasan baik bagi anak sekolah maupun orang dewasa. “Sebelumnya baik masyarakat maupun pengelola stasiun televisi mungkin sama sekali tak pernah menduga akan tayangan-tayangan seperti itu dan ternyata cukup digemari pemirsa,” kata pria kelahiran Palembang, 6 Maret 1963 itu.
Saat ini, bapak tiga anak dari pernikahannya dengan Helfanci tersebut tengah membuat sebuah tayangan variety show dari Departemen Pertanian yang ditujukan untuk menginspirasi para petani bahwa profesi petani bukanlah pekerjaan buruk. Bukan pula alternatif pekerjaan karena tidak ada pekerjaan lain. “Saya ingin membuka mata banyak orang bahwa profesi petani adalah mulia,” kata Helmi.
Lantas, apa yang membuat Helmi terpacu menggali ide-ide kreatifnya guna menghadirkan tayangan serupa tadi? Adik kandung Tantowi Yahya tersebut berpendanpat, sebagai seorang pengusaha dalam berbagai bidang, dia terpikir alangkah baiknya jika apa yang dihasilkan dan dikerjakannya dapat bermanfaat bagi orang lain. “Bagi saya hal itu adalah yang utama. Karakter yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan saya sehari-hari,” ujar alumnus STAN Jakarta tersebut.
Karena itu, ketika ia mendapatkan banyak kesempatan untuk memproduksi tayangan televisi, mantan karyawan di rumah produksi milik Ani Sumadi ini berusaha mengedepankan hal itu. Mantan pegawai di Departemen Keuangan ini mengaku sangat beruntung karena memiliki ide sekaligus kesempatan untuk menyalurkan ide-idenya. Memperoleh ide dan peluang bisnis yang dapat memberikan penghasilan kepada diri sendiri maupun banyak orang, dengan hasil karya yang dapat diterima dan bermanfaat untuk banyak orang pula.
Toh, tak selamanya ide-ide kreatif Helmi dalam memberikan tayangan alternatif kepada masyarakat dapat diterima dengan baik oleh semua pihak. Ada pula sebagian pihak yang menuduhnya mengeksploitasi golongan masyarakat berpenghasilan menengah bawah untuk memperoleh keuntungan pribadi. Menanggapi hal itu Helmi berpendapat lebih tidak berkomentar karena karena hanya membuat ide-ide kreatifnya menjadi mandek dan tidak produktif.
“Mengapa mereka tidak menilai justru ini adalah tayangan alternatif karena program televisi terlalu dipenuhi oleh tayangan sinetron dan program-program tayangan kekerasan yang justru merugikan. Sebaliknya, jika saya mengajak masyarakat dari kelas ekonomi menengah bawah, karena memang mereka-lah yang lebih membutuhkan pertolongan,” kata Helmi yang mengaku dalam kehidupan pribadi sehari-hari, berusaha untuk tidak menyakiti orang lain. (Ita)

Amalia Yunita
Mencintai Alam sekaligus Berbisnis
Perawakannya yang kecil dan langsing sungguh jauh dari bayangan orang kebanyakan tentang aktifitasnya sehari-hari. Amalia Yunita, wanita bertubuh kecil itu, hampir mendedikasikan sebagian besar hidupnya untuk alam. Berbagai kegiatan yang berhubungan dengan alam telah dan terus ia jalani hingga kini, mulai dari arung jeram, panjat tebing, atau bertualang ke tengah hutan belantara, baik di dalam maupun luar negeri. “Aku merasa kecintaanku pada alam telah menjadi bagian dari kehidupan, sama seperti kecintaanku pada keluarga,” kata ibu dari dua anak hasil perkawinannya dengan Loddy Korua ini.
Dalam wawancara khusus dengan People & Business, beberapa waktu lalu, wanita yang akrab disapa Yuni ini mengisahkan bahwa ketertarikannya pada alam sudah tertanam ketika ia aktif di kelompok pecinta alam di kampusnya, Universitas Trisakti, Jakarta. Di kampus ini pula, Yuni melalui kelompok pendaki putri bernama Aranyacala, menjadi salah satu motor pendakian puncak gunung-gunung tertinggi di dunia. Beberapa tahun lalu, bersama Herawati Rambe, Dini Pusianawati, Tejasari, Daisy Harsa dan Nova Novianti, Yuni bergabung dalam tim Arung Jeram di Sungai Zambezi, yang melintang di dua negara Zimbabwe dan Zaire.
Ketika mengunjungi sungai Zambezi, Zimbabwe, Afrika, ia terkesima menyaksikan arum jeram menjadi industri di sana. Wisata arung jeram sangat marak sehingga dapat menghidupi masyarakat di suatu kota. Dari sisi cinderamata, di sepanjang jalan banyak sekali orang berjualan cinderamata khususnya yang berkaitan dengan kegiatan arung jeram.
Dari pengalamannya menikmati arus liar Zambezi itu, Yuni mendapatkan ide untuk berbisnis wisata arung jeram. Ia merasa memperoleh inspirasi setelah pulang dari Zimbabwe. Keinginannya semakin kuat mengingat sungai-sungai di Indonesia bagus-bagus dan belum ada yang mengembangkan. Untuk mewujudkan keinginan itu Yuni, bersama Lody Korua, pria yang kini menjadi suaminya, melakukan survei. Setelah semua perencanaan matang, keduanya mendirikan PT Lintas Jeram Nusantara dengan label Arus Liar sekitar pertengahan 1995.
Kini, di tengah ketatnya persaingan bisnis pengelolaan wisata arung jeram, nama Arus Liar seolah telah menjadi icon petualangan olah raga sekaligus wisata arung jeram. Yuni mengakui, setelah ia bersama suami dan teman-temannya berhasil mengembangkan Arus Liar, belakangan memang banyak pemain lain yang ikut menekuni usaha serupa. “Ini bagus agar kami bisa terus memperbaiki diri, sekaligus memperkenalkan wisata alam kepada masyarakat,” katanya.
Ke depan, ia merencanakan akan mengembangkan usaha serupa di sebuah kota yang memang memiliki alur sungai yang menarik dijadikan sarana hiburan sekaligus transportasi publik. “Masih dalam perencanaan sehingga saya belum bisa menyebutkan tempatnya,” kata Yuni. (Farid)

Prof. Johanes Surya, PhD
Mendorong Ilmuwan Indonesia Berkelas Dunia
Kontribusi Prof. Johanes Surya PhD dalam memajukan kualitas pendidikan nasional tentu tak diragukan lagi. Di tengah situasi pendidikan nasional yang masih berkabut, lelaki sederhana ini seperti menyeruak dan memberikan angin segar dengan menampilkan prestasi para pelajar Indonesia di pentas dunia dalam bidang olimpiade fisika.
Sebelum Johanes Surya melakukan gebrakan dan akhirnya menjadi bahan publikasi, tak pernah terbayangkan bahwa pelajar Indonesia bisa berprestasi di tingkat dunia. Lelaki berkaca mata minus ini pun mengakui bahwa langkah awal untuk membawa tim Indonesia ke olimpiade fisika dunia, banyak kalangan yang meragukannya. Toh, Johanes yang lahir dan dibesarkan di kalangan tentara ini tak pantang surut.
Langkah pertama yang ia lakukan adalah ketika Johanes masih bekerja di International Center for Physic & Mathematics Universitas Pelita Harapan, ia menginisiasikan Asian Physic Olympiade, sebuah ajang kompetisi fisika tingkat Asia yang ditujukan untuk persiapan kader-kader Asia yang bertanding di tingkat dunia. Ia memaparkan, pada awal keterlibatannya, ia menghadapi tantangan cukup besar. “Tantangan terbesar adalah dalam hal pendanaan, karena ajang ini tidak terlalu menarik bagi pihak lain untuk mendanai,” ujarnya mengenang. Meski begitu Johanes tetap melangkap maju.
Hasilnya, pertama kali maju ke olimpiade, tim yang dipimpin Johanes meraih medali perunggu. Kini, di tangan Johanes Surya Indonesia telah lima kali memperoleh prestasi dalam kompetisi fisika internasional.
Dalam wawancara khusus dengan Indraria dari People & Business, Johanes mengakui bahwa pada awalnya ia tak punya cita-cita yang terlalu tinggi. Apalagi sampai namanya dikenal di manca negara. “Saya sadar bahwa saya adalah dari keluarga tentara yang berpangkat rendah yang secara ekonomi tidak terlalu mampu. Karena itu, cita-cita saya waktu itu ya cuma ingin menjadi guru yang baik agar bangsa ini bisa mengejar ketertinggalan dari bangsa lain,” tukasnya dengan mimik serius. Toh, karena prestasinya, Johanes berhasil meraih pendidikan yang lebih tinggi lantaran memperoleh beasiswa.
Tentang kecintaannya terhadap fisika yang oleh sebagian kalangan masih dipandang sebagai ilmu yang njlimet dan tidak menarik, Johanes mengatakan bahwa pada dasarnya fisika adalah ilmu yang sangat menarik untuk dipelajari. Hal ini ia buktikan, setelah bertahun-tahun menggeluti ilmu fisika, kecintaannya terhadap ilmu ini justru semakin besar. Untuk membuat fisika menjadi ilmu yang mudah dan menarik bagi semua orang, Johanes melakukan riset dan observasi mengenai hal tersebut. “Saya ingin agar generasi muda kita semakin mencintai fisika, sehingga kelak Indonesia memiliki ilmuwan besar bidang fisika di tingkat dunia,” kata Johanes.
Sebagai mediator yang mendorong munculnya ilmuwan muda bidang fisika, Johanes tentu tak ingin berhenti hanya di kompetisi. Ke depan, para kader ilmuwan tersebut akan ia salurkan ke universitas-universitas peraih nobel seperti Princeston, Standford, dan MIT melalui program beasiswa. Hal ini diharapkan agar anak-anak muda Indonesia berprestasi tadi berkesempatan memperoleh bimbingan dari ilmuwan besar, yang bisa jadi salah satunya adalah peraih nobel.
Johanes berkeyakinan bahwa apa yang ia lakukan selama ini sedikit banyak akan memberi arti bagi upaya pembangunan kualitas SDM di Indonesia. “Yang mereka perlukan adalah wadah yang tepat serta kesempatan yang dapat mendukung keberhasilan mereka,” kata Johanes yang mengharapkan agar suatu saat kelak Indonesia dapat meraih nobel.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar