Senin, 20 April 2009

Hobi

Keindahan si Tubuh Berduri

Kaktus menjadi salah satu tanaman hias yang cukup digemar sejumlah eksekutifi. Selain perawatannya mudah, tanaman berduri ini juga mengandung banyak manfaat.

Mengelola dan merawat tanaman hias berharga mahal kini menjadi tren di kalangan sejumlah eksekutif. Ada yang suka mengoleksi Adenium, ada pula yang hobby merawat Kaktus. Andri Junarso, pengusaha ekspedisi kapal laut yang tinggal di Rawamangun, Jakarta Timur, mengungkapkan bahwa kegemaran mengoleksi dan merawat Kaktus bisa mendatangkan ketenangan batin tersendiri. “Usai sholat subuh, pikiran semakin tenang jika kita sempat merawat dan memperhatikan kaktus-kaktus di pekarangan rumah,” ujar ayah seorang anak ini.
Pada mulanya, kegemaran Andri mengoleksi tanaman mahal berjenis kaktus hanya sebuah keisengan belaka untuk mengisi waktu luang. Namun lama kelamaan, tanaman yang ia kelola terus bertambah. “Apalagi isteri saya juga sangat mendukung dengan membantu menyiram dan merawat kaktus koleksi kami,” katanya.
Abdul Cholik, penjual berbagai jenis tanaman hias mahal menuturkan, kaktus termasuk tanaman yang sangat mudah perawatannya, karena merupakan tanaman sekulen yang tidak membutuhkan banyak air. Ada dua jenis macam Kaktus, yaitu yang tidak perlu sinar matahari dan ada yang membutuhkan sinar matahari. “Karena itu, tanaman ini termasuk yang tidak terlalu merepotkan pemiliknya,” kata Abdul Cholik.
Untuk mempromosikan tanamannya Abdul Cholik mengaku sering mengikuti pameran tanaman. Sedangkan untuk belajar dan menambah koleksi kaktunya, ia beberapa bulan sekali meluangkan waktu pergi ke Lembang, Bandung. Sedangkan, untuk adenium banyak terdapat di Karang Tengah dan Meruya, Jakarta Barat dan untuk tanaman jenis Euphorbia bisa didapat di Depok. Dengan modal pribadinya yang sudah tak terhitung ia memfokuskan hobinya ini agar lebih baik di masa depan terutama dalam hal promosi. “Awalnya saya menawarkan pada teman-teman dekat di kantor namun lama-kelamaan saya berinisiatif untuk membuka toko tanaman sendiri di daerah Ragunan Kav. Taman Anggrek dengan nama Aida Flora,” jelas bapak dua anak ini.
Kaktus (Opuntia spp) sebenarnya merupakan tanaman asli dari daerah benua Amerika yang sangat mudah berkembang atau gampang memperbanyak diri. Praktis ditancapkan batangnya saja langsung tumbuh dan sangat mudah beradaptasi di setiap jenis mutu lahan dan sangat rendah tuntutannya terhadap air. Di lahan gurun pun tanaman kaktus mudah tumbuh.
Tanaman Kaktus sendiri, menurut FG Winarno, Guru Besar Bioteknologi Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta, pertama kali masuk ke Indonesia karena dibawa oleh orang Belanda pada akhir abad ke-19. Awalnya, Kaktus tersebut dikembangkan untuk pakan ternak di daerah Nusa Tenggara. Di berbagai lahan gersang, kaktus dapat tumbuh subur. Tetapi, karena tidak mendapat perhatian dan pembudidayaan yang memadai, kaktus di Indonesia masih terbengkalai sehingga saat ini kedudukan kaktus sangat rendah di masyarakat, yaitu hanya dikenal sebagai the breed of the poor.
Selain dimanfaatkan sebagai tanaman hias, buah dan batang Kaktus sejatinya sangat kaya akan sari buah yang beras manis. Sari kaktus dapat dikonsumsi langsung atau dikombinasikan dengan buah-buahan lain, baik dalam minuman es campur maupun es krim. Sari Kaktus memiliki kandungan karbohidrat, kalium, phosphor kalium, serta vitamin B dan C. Buahnya dapat digunakan sebagai bahan baku untuk membuat jam, jelly, wine, dan vinegar (cuka).
Kulit kaktus sangat tebal, yaitu sekitar 30 persen dan sekitar 40 persen dari total berat, dapat digunakan sebagai bahan pembuatan lem (glue) dan bahkan dapat digunakan untuk bahan pengental makanan. Berbagai jenis kaktus, khususnya yang telah berbunga, banyak peminatnya sebagai ornamental plant karena bentuknya yang eksotis dengan bunga yang beraneka bentuk dan warna.
Oleh karena memiliki banyak keuntungan, serta persyaratan agroekologinya rendah, tanaman kaktus memiliki potensi untuk dijadikan sebagai bahan makanan.
Di Meksiko banyak makanan tradisional yang menggunakan bahan mentah tanaman Kaktus, di antaranya napatilas, yaitu batang kaktus muda dan dimasak bersama-sama daging. Pada umumnya jenis kaktus yang tak berduri lebih disukai. Produk lainnya bernama melcocha, dibuat dengan cara menggodok buah kaktus yang telah dikuliti sampai memiliki konsistensi seperti toffee. Melalui proses fermentasi dapat dihasilkan sejenis wine yang keras disebut colonche.
Di Sicily, Italia, bunganya yang berwarna merah ungu secara komersial dapat digunakan sebagai zat pewarna merah alami. Di Afrika Selatan, bunga kaktus dibuat sirup untuk dituangkan di atas es krim sebagai dekorasi yang dapat dimakan. Buah kaktus memiliki warna ungu yang menjadikan buah sangat menarik perhatian. Warna yang dimiliki buah kaktus disebabkan oleh pigmen alami yang disebut betalains.
Di Indonesia saat ini budidaya kaktus masih terfokus untuk tanaman hias, belum pernah dikembangkan menjadi suatu usaha industri yang menguntungkan seperti industri pigmen dan obat-obatan. Sebagai tanaman hias, kaktus memiliki penampilan yang indah, sangat menarik, meskipun acapkali berkesan aneh. Daya tarik tanaman kaktus antara lain karena bentuk perawakannya yang sangat bervariasi. Misalnya kaktus Echinocactus grusonii yang dapat berukuran sebesar drum atau Astrophylum asterias yang mirip mahkota yang berbentuk bulat dan berjuring delapan yang tengahnya berderet titik-titik putih, indah sekali.
Durinya dapat tersusun rapi dan indah. Kaktus Ferocactus, latispinus memiliki duri yang berwarna coklat tua dan kaku. Bunganya dapat bervariasi, warna-warni, dan ada jenis yang berbunganya jarang muncul, artinya ada yang muncul setiap 10 tahun sekali, misalnya kaktus E grussoni. Ada kaktus yang bunga pertamanya baru muncul pada umur 40 tahun, Espostoa canata bulunya halus menyelimuti batang.
Meskipun perawatannya tergolong mudah, jika tak memperoleh perhatian yang memadai tanaman Kaktus lama-lama akan menjadi kusam, merana dan enggan bertunas. Media tanam memadat keras, potnya berlumut tebal, dan sebagian akarnya menyembul ke luar melampaui bibir pot. Untuk menghindari hal tersebut, hal penting yang harus diperhatikan adalah dengan melakukan penggantian media tanam, atau yang lazim disebut repotting. Caranya, adalah dengan mengganti pot lama dengan pot baru yang ukurannya lebih besar ketimbang pot lama. Jangan lupa, pilih pot yang porous (memiliki lubang untuk keluar air). Pilih pot yang bentuk dan warnanya serasi dengan sosok kaktus.
Setelah itu, sediakan media tanam yang baru. Ada beberapa alternatif media tanam sesuai keinginan, antara lain: tanah, pupuk kandang atau kompos, dan pasir (1:1:1), pupuk kandang, sekam padi, dan pasir (3:2:1), tanah, pupuk organic upper TW plus, dan pasir (4:1:1), pasir, humus, dan pakis halus (2:1:1), atau kompos dan pasir (2:1).
Agar media tanam tak mudah mengeras dan air dapat mengalir leluasa, berikan selapis pecahan genting pada dasar pot, lalu media tanam dimasukkan hingga hampir penuh. Tanaman kaktus dalam pot lama disiram sampai basah. Lalu, keluarkan tanaman kaktus dari pot, dan bersihkan akar dari media tanam yang masih melekat, dan gunting sebagian akarnya serta masukkan Kaktus ke dalam pot baru. (Farid MS. Laporan dan foto-foto Melien)

Boks:
Ciri-Ciri Kaktus:
Tidak mempunyai daun, kecuali sebagai tempat anak suku Pereskioidea.
Batangnya yang berhijau daun sebagai tempat cadangan air.
Permukaan batangnya tertutup dengan lapisan lilin untuk mencegah penguapan air.
Batang dan cabangnya berduri, kadang-kadang dilengkapi bulu-bulu halus.
Cabang, bunga, dan durinya muncul dari lubang-lubang kecil, yang terdapat di permukaan tubuhnya yang disebut areola.
Akarnya panjang menyebar agar dapat menyerap lebih banyak air.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar