Senin, 20 April 2009

Profil Selebriti

Penjiwaan Peran Ine Febrianti

Sudah sejak beberapa tahun lalu, artis cantik Ine Febrianti bermimpi menjadi seorang sutradara agar dapat menghasilkan film berkualitas, bukan sutradara instan. Menurut ibu dua anak hasil pernikahannya dengan Yudi Datau itu, kalau cuma membawa kamera terus membuat film tanpa ada penjiwaan di dalamnya, setiap orang pasti bisa. “Aku tak ingin yang seperti itu, aku ingin ada proses belajar secara terus-menerus agar menjiwai setiap film yang aku buat apapun jenis filmnya dan apa pun jenis filmnya panjang atau pendek,” kata sutradara yang sudah menghasilkan beberapa film pendek dan film dokumenter tersebut.
Tanpa bermaksud menyinggung profesi lain dalam dunia seni peran, perempuan cantik berusia 31 tahun tersebut mengaku, untuk menjadi seorang sutradara yang baik, tidak semudah menjadi pemain sinetron. Bermain sinetron dan teater seperti yang dilakukannya selama ini menjadi bekal baginya dalam menggeluti profesi sebagai sutradara. “Setidaknya lebih paham dibandingkan orang yang tidak pernah jadi pemain tahu-tahu pingin jadi sutradara,” tambahnya.
Sebagai sutradara, kemampuan Ine saat ini tengah diuji dengan menyutradarai beberapa film dokumenter milik Departemen Pertanian. Karena kesibukannya tersebut, Ine akan banyak menghabiskan waktunya berkeliling daerah, guna membuat film-film tentang kehidupan petani yang memang banyak berada di berbagai daerah. “Ini kesempatan besar buat saya mempelajari dan mengasah kemampuan saya di bidang penyutradaraan,” kata Ine.
Ine mengaku untuk menjadi sutradara memang tidak mempelajarinya melalui pendidikan formal. “Tapi, tidak semua bidang keahlian harus dilalui dengan pendidikan formal. Banyak juga orang-orang orang yang sukses belajar sendiri dan tidak memiliki pendidikan formal karena dia menekuninya dengan serius,” kata Ine memberi alasan.
Tentang kecantikan dan kulit putihnya, Ine mengaku tak takut menjadi hitam dan jelek kalau nanti kepanasan karena menjadi sutradara. “Menurut saya, cantik itu lebih penting dari dalam daripada kelihatan cantik di luar saja. Apalagi kalau pekerjaan ini dinikmati, tidak akan terasa ada beban,” tambahnya.
Ine juga mengaku sangat enjoy meskipun repot karena harus memboyong kedua buah hatinya yang kini berusia 3 tahun dan 1,5 tahun. “Yang pasti saya juga akan bawa pengasuhnya. Toh saya juga tidak melakukan semuanya sendiri, akan ada tim yang membantu,” katanya. Oke deh Ine, selamat bekerja. (Ita)

Profil Eksekutif

Kepuasan Batin Miriam Nainggolan
Bagi Miriam Nainggolan, keberhasilan seseorang apalagi yang memilih berkarir di bidang sosial kemasyarakatan tidak bisa diukur secara materi. “Menjadi seorang eksekutif professional di bidang HRD dengan menjadi seorang eksekutif di LSM memiliki kepuasan yang mungkin tak jauh berbeda karena sama-sama bekerja untuk mencerdaskan orang banyak,” kata mantan direktur HRD Agro Manunggal Group yang pada tahun 2000 memilih menjadi Direktur Eksekutif Komnas HAM itu.
Menurut wanita yang biasa disapa Mir ini, keberhasilan seseorang yang bekerja dan beraktifitas dalam bidang sosial kemasyarakatan tidak bisa diukur secara materi karena bisa berbuat sesuatu yang lebih bermanfaat dan bermakna bagi orang lain. “Memang benar di HRD kita bekerja untuk mencerdaskan orang, tetapi bedanya, di sini kami harus lebih banyak menggunakan hati dan perasaan, lebih meningkatkan rasa empati kita karena bertemu langsung dengan golongan masyarakat yang tidak beruntung,” tambah Direktur Eksekutif Yayasan Pulih tersebut.
Setelah beberapa tahun malang melintang di Komnas HAM, Mir akhirnya benar-benar menggeluti dunia LSM sepenuhnya. Sekitar tahun 2003, perempuan yang memilih hidup melajang ini bergabung dengan Yayasan Pulih sampai sekarang. Yayasan Pulih adalah sebuah lembaga non profit dengan aktifitas psikososial berbasis komunitas yang bekerja untuk pemulihan korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), korban konflik, serta mereka yang mengalami trauma akibat bencana alam dan ledakan bom.
Dosen luar biasa untuk mata kuliah psikologi industri di Unpad Bandung ini mengaku panggilan hati-lah yang menyebabkan dirinya memutuskan mundur sebagai profesional di perusahaan multinasional. “Dulu saya berkarir di dunia akademik kemudian beralih sebagai professional dan akhirnya saya memilih beraktifitas di dunia sosial kemasyarakatan meskipun bukan jadi volunteer karena di sini kami masih menerima gaji walaupun tidak sebesar fasilitas yang saya peroleh sebagai eksekutif profesional,” ujarnya
Mantan Pegawai Negeri Sipil di Departemen Sosial yang memiliki sejumlah anak asuh ini mengaku sangat enjoy dengan aktifitasnya dalam bidang sosial kemasyarakatan. “Sebagai orang yang memilih hidup melajang, saya punya lebih banyak waktu untuk menghabiskan hari-hari saya dalam aktifitas untuk membantu mereka yang kurang beruntung,” kata Alumnus Unpad Bandung yang pernah selama 10 tahun mengajar di Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung ini pula.
Kepuasan lain yang diperoleh Mir dengan aktifitasnya saat ini adalah saat bertemu dengan anak-anak muda yang punya idealisme dan keinginan yang sama dengan dirinya untuk berbuat baik untuk orang lain. “Jadi kepuasan batin-nya beda dan jiwa saya sepertinya lebih condong ke LSM,” kata Mir yang kian menikmati hari-harinya bersama sejumlah anak asuhnya yang sebagian besar adalah anak-anak mantan pengemis dan pengamen jalanan. “Saya senang bisa melihat anak-anak jalanan yang setelah dibina di sini jadi punya masa depan. Mereka dapat bersekolah dan hidupnya normal seperti layaknya anak-anak lain yang butuh belajar, bermain dan diperhatikan oleh orang-orang dewasa disekitarnya,” tambah Mir. (Ita)

Entrepreneur

Bukhari Usman
Lewat Kejujuran, Taklukkan Metropolitan

Keberhasilan membangun sebuah perusahaan serta mengembangkannya menjadi sebuah industri yang mampu bersaing, sebuah impian yang telah terealisasikan oleh PT Tachimita Hoka Utama sebuah perusahaan mesin High pressure dan washer. Bagaimana Perusahaan itu dapat berkembang, apa yang menjadi faktor utamanya?

Tahun 2000 memang telah menjadi era bagi para pengusaha untuk bangkit dari keterpurukannya setelah mengalami krisis moneter yang berkepanjangan, tidak hanya di Indonesia negara-negara lainpun mengalami masa krisis tersebut. Melihat mulai bangkitnya perekonomian Indonesia, ternyata ditanggapi positif oleh para praktisi usaha dan investor asing. Salah satunya PT Tachimita Hoka Utama yang dirintis oleh Bukhari Usman. Walaupun perusahaan ini tidak secara langsung berpengaruh dengan faktor itu, namun berdirinya perusahaan tersebut pada 27 Mei 2000 memang bertepatan disaat perekonomian mulai menunjukkan perbaikan.
Bermodalkan uang pinjaman dari seorang teman, Bukhari membangun PT Tachimita Hoka Utama dengan modal kejujuran serta ilmu yang dipelajari saat kuliah dan pengalaman kerja. Kendati sempat jatuh bangun, kini usahanya terus memperlihatkan kesuksesan. Jejak kesuksesan Bukhari mulai terlihat disekitar bulan Maret 2000 terutama saat lolosnya proposal order sebagai pemasok kebutuhan bahan kimia yang diajukan oleh Bukhari kepada PT Trakindo sebesar Rp 38,85 juta. Namun, anggaran tersebut masih dinilai kurang sebagai modal.
Entah dari mana ide yang didapat oleh Bukhari sampai terfikir Fauzi Iskak Direktur Bandung Prima ditunjuk untuk membantu dirinya menambah kekurangan modal tersebut. Menariknya, Fauzi bukan saudara ataupun seorang teman, dia hanya sosok pengusaha yang baru saja dikenal. Tapi itu bukan kendala untuk menghalangi kebulatan tekadnya, dengan mengunakan angkot Bukhari akhirnya dapat menemui Fauzi Iskak. Ternyata perjuangan Bukhari tidak sia-sia, walau baru sekali bertemu, Fauzi merasa melihat sosok lulusan Fakultas Teknik Mesin Universitas Syah Kuala ini penuh dengan motivasi dan jujur, uang senilai 20 juta pun diperoleh Bukhari dengan penuh keluguan.
Nasib baik terus memayungi Bukhari, belum sempat uang cair, lagi-lagi dirinya mendapat sebuah order. Ia pun berfikir untuk membutuhkan modal tambahan sekitar Rp 80 juta supaya mampu menjalankan order, Fauzi Iskak pun menyanggupinya. Penilaian Bos BeKaos melihat sebuah motivasi tinggi dan kejujuran di dalam diri Bukhari tidak salah, terbukti ia dapat mengembalikan pinjaman tersebut. Pada Mei 2000 ia mendapat order lagi dan butuh modal Rp 90 juta. Kembali Fauzi Iskak membantunya.
Sebagai seorang pengusaha dan sahabat, Fauzi memberikan wejangan kepada Bukhari supaya membuat Perusahaan atas nama sendiri agar produksinya dapat lebih maju dan berkembang, apalagi order sudah mulai banyak berdatangan. “Akhirnya saya mendirikan usaha dengan bendera sendiri, karena selama ini saya menggunakan bendera orang lain,” imbuh satu-satunya anak laki-laki dari pasangan Usman-Maryam ini. Pada 27 Mei 2000 Bukhari mendirikan PT dengan nama Tachimita Hoka Utama. Tachimita Hoka diambil dari bahasa Aceh berarti coba cari kemana. “Nama itu mengingat Saya sewaktu belum mempunyai modal”, kenang pria Asli Aceh ini yang pernah menjual nasi bungkus di Kampus.
Meski sudah berjalan dengan perusahaan sendiri dan order mulai berdatangan, Bukhari belum juga memiliki fasilitas penunjang kerja, seperti fax dan komputer. Akhirnya wartel tetangganya ditunjuk untuk menerima fax order dari klien. tetapi itu hanya berjalan sebentar saja, agar bisa meningkatkan pertumbuhan usahanya secara siginifikan, ia pun mulai mencari talangan dana untuk membeli komputer dan mesin fax. Setelah enam bulan memiliki komputer dan fax, usahanya terus berkembang pesat. Bukhari mengontrak sebuah rumah di dekat pemakaman umum. Baru seminggu pindah kantor, Bukhari sudah berhasil membeli mobil Kijang. Satu tahun sesudah itu berhasil membeli rumah di Kompleks Merpati, seluas 365 M2, waktu itu seharga Rp 200 juta,
Tiga bulan kemudian ia berhasil membeli ruko senilai Rp 350 juta di Jalan Peta Selatan dan kini menjadi kantornya. Namun, karena uangnya kurang, separuhya ditalangi bank.
Perjalanan PT Tachimita Hoka Utama menjadi pemosok untuk perusahaan Mining kian hari kian menanjak, apalagi setelah mendapatkan kepercayaan dari pengusaha Italia yang merupakan owner Idrobase sebuah perusahaan mesin-mesin cleaning, seperti High pressure dan vacum cleaner. Beberapa produk yang dipasok antara lain: HP Washer (cold,hot nebulizers), Power Equipment (gas pressure washer, hot water towers), dan Specialty equipment (flat surface clearners, telescoping wands).
Awalnya usaha PT Tachimita Hoka Utama fokus pada Chemical for Industry, seperti Super Degreaser, Floor Cleaner, Paint Remover. Setelah 2 tahun berjalan mulai membuka devisi baru yaitu devisi Plastik, kini beberapa Hotel bintang lima mengorder plastik darinya. Peluang keuntungan semakin terlihat dengan melihat banyaknya perusahaan pertambangan yang membutuhkan plastik untuk melakukan Blasting.
Tidak hanya perusahaan Idrobase saja yang menaruh kepercayaan kepada PT Tachimita Hoka Utama untuk menjadi agen di Indonesia, Perusahaan B.E yang berpabrik di kanada asal Amerika pun menjadi pemasok juga. “Saya tidak tahu kenapa perusahaan Idrobase dan B.E mempercainya, mungkin mereka melihat antusias dan motivasi Saya yang tinggi. Padahal perusahaan Saya tidak besar”. Ujar pria yang datang ke Jakarta bermodal sisa uang 3 ribu rupiah dari tanah kelahiran Aceh, saat berbincang dengan People and Bussiness di kantornya pertengahan Juli kemarin.
Kunci keberhasilan Bukhari selama ini adalah kejujuran kepada klien. Setiap produk yang ditawarkan kepada klien selalu dijelaskan secara mendetail terutama informasi-informasi mengenai kelebihan dan kelemahannya produk, agar tidak mengecewakan klien.
Prinsip modal kejujuran dan memberikan kepuasan kepada suplier atau konsumen diajarkan pula kepada 10 karyawannya, sebagai kunci kesuksesan perusahaan. Bayangkan saja dengan mengutamakan kepercayaan, para pelanggan yang mengorder barang darinya selama ini tidak perlu datang langsung ke kantornya. Biasanya para konsumen dalam melakukan semua transaksi berdasarkan atas saling percaya. selama ini penjualan lebih banyak ke daerah Irian Jaya dan Kalimantan, sementara penjualan di daerah Aceh tidak terlalu signifikan.
Selama tujuh tahun belakangan ini, omzet yang telah diraih perusahaan Bukhari Usman cukup bervariatif sekitar 800 juta per bulan, providnya sekitar 20% sampai dengan 30%. “Berbicara omzet kami relatif dan bervariatif, yah kadang naik kadang turun”. Tambah pria yang telah kehilangan sanak saudaranya di Aceh akibat Tsunami.
Sekarang ini yang menjadi obsesi Bukhari Usman adalah mengembangkan distributor untuk menjual mesin high pressure dan washer ke seluruh daerah di Indonesia, menambah jumlah cabang yang sudah ada seperti di Aceh dan Balikpapan. Daerah yang sudah dipastikan yaitu di Pontianak. Selain itu, menginginkan PT Tachimita Hoka Utama dapat bersaing secara sehat dengan para kompetitornya.











Entrepreneur

Menjual Kreativitas
Pietra Sarosa, RFA,MSM*)


“Nyeleneh,” sebuah kata bahasa jawa (yang saya sendiri tidak tahu apakah termasuk bahasa baku atau tidak) yang bisa diterjemahkan secara bebas menjadi “aneh” atau “tidak umum”. Meskipun aneh dan tidak umum, ternyata hal-hal yang “nyeleneh” pun laku dijual, termasuk kata-kata “nyeleneh”. PT. Aseli Dagadu Djokdja (ADD) atau biasa disebut dengan Dagadu, seperti diulas di People & Business edisi Juli lalu, berhasil mentransformasi kata-kata “nyeleneh” dalam kaos dan aneka produknya menjadi sebuah komoditas yang laku dijual bahkan berhasil membawanya menjadi ikon kota Yogyakarta.
Ada beberapa hal menarik dari manajemen Dagadu yang layak diangkat pada tulisan kali ini antara lain mengenai konsistensi dan fokus Dagadu pada kompetensi intinya, serta adanya regenerasi atau suksesi terkait dengan sumber kreativitas Dagadu.

Fokus pada Kompetensi Inti
Fokus pada kompetensi inti adalah sebuah prinsip yang mudah diucapkan, namun pada kenyataannya tidaklah mudah. Banyak perusahaan yang tergoda berekspansi diluar kompetensi intinya karena melihat besarnya iming-iming besarnya profit tanpa melihat bahwa tanpa adanya kompetensi di bidang tersebut, maka iming-iming
Dagadu menyadari betul bahwa “jualan” utamanya bukanlah kaos, melainkan kreativitas. Untuk itu, mereka tetap fokus pada keunggulan utamanya yaitu kreativitas dan tidak membuang-buang sumber daya yang dimilikinya untuk masuk ke bidang yang bukan merupakan kompetensi inti mereka, misalnya membuat pabrik garmen untuk memproduksi sendiri semua kaos mereka. Dagadu memilih untuk berkonsentrasi pada proses kreatif sehingga proses manufaktur yang dilakukan pun terbatas pada pembuatan barang contoh atau dummy.
Dengan fokus pada kompetensi inti yang banyak menelan investasi bukan pada barang modal, melainkan pada manusia maka Dagadu tetap bisa menjaga tingkat efisiensi perusahaan. Di sisi lain, Dagadu tentu harus ekstra menjaga SDM yang berbakat karena selain relatif sulit mengkader SDM di bidang kreatif, SDM di bidang ini juga termasuk relatif rentan pembajakan dari kompetitor.

Suksesi Kreativitas
Pada saat Dagadu terlahir tahun 1994 silam, pendirinya adalah sekelompok mahasiswa yang tidak diragukan lagi tingkat ke-nyeleneh-annya. Namun sekarang, situasinya tentu sudah jauh berbeda. Para founding fathers Dagadu yang dulunya nyeleneh belum tentu di usia sekarang masih bisa menjaga daya kreativitas yang diatas rata-rata itu.
Untuk itu diperlukan adanya pergantian sumber kreativitas untuk mencegah Dagadu terjebak dalam ide-ide basi dan out of date. Dagadu sendiri mengantisipasi hal ini dengan cukup baik, terlihat dari dibentuknya sebuah studio kreatif yang berfungsi sebagai pusat ide kreatif Dagadu. Studio kreatif ini terdiri dari beberapa orang yang memang difungsikan untuk menghasilkan ide-ide segar yang akan dituangkan dalam bentuk kata-kata dalam kaos dan aneka produk Dagadu lainnya.
Tantangan yang ada sekarang adalah bagaimana founding fathers Dagadu ini menjaga agar studio ini tetap menghasilkan karya yang selalu sesuai dengan perkembangan selera anak muda jaman sekarang, tetap jeli memantau perkembangan Jogja untuk dituangkan dalam , namun sekaligus tidak kehilangan ciri dan identitas khas Dagadu. Disini tentu juga membutuhkan kebesaran hati dari para founding fathers untuk tidak memaksakan ide-idenya dalam setiap produk Dagadu namun menyerahkan sepenuhnya kepada studio kreatif.
Saya pikir Dagadu adalah contoh yang cukup baik bagi perusahaan –terutama mereka yang bergerak di bidang kreatif, tentang bagaimana manajemen kreativitas secara baik dan sustainable. Salut untuk Dagadu!

Pietra Sarosa, RFA,MSM
Managing Partner Sarosa Consulting Group
Konsultan Small Business & Entrepreneurship
Email: pietra@sarosaconsulting.com

Inspirasi

Theresopportunitynowhere

Oleh AN Ubaedy
Anggota Dewan Redaksi People & Business

Teori peluang mengajarkan bahwa dunia dan seisinya ini bisa digambarkan seperti susunan huruf Theresopportunitynowhere. Sebagai manusia yang diberi kebebasan memilih, kita bebas menyusunnya menjadi kalimat There is opportunity now here. Tapi bisa juga menyusunnya menjadi There is opportunity no where. Semua terserah kita.
Orang optimis memiliki pandangan hidup yang fair, adil atau sesuai dengan bagaimana hidup ini bekerja sesuai dengan ketatapan Tuhan. Sebagai contoh, misalnya Anda ingin menjadi pengusaha. Jika Anda hanya menerima keberhasilan atau keuntungan, tetapi Anda tidak menerima keberhasilan atau keuntungan, tetapi Anda tidak bisa menerima kerugian atau kegagalan. Ini namanya kurang fair. Pandangan semacam inilah yang kerap membuat kita pesimis.
Bagaimana melihat segala sesuatunya dengan fair? Baik agama atau ilmu pengetahuan mengajarkan bahwa ketika kegagalan belum terjadi, maka kita harus berusaha mengantisipasi, menutup celah, atau berusaha seoptimal mungkin untuk berhasil. Tetapi ketika kegagalan itu sudah terjadi, maka yang diperintahkan adalah mengakui keberadaannya dan menerima sebagai landasan atau dasar untuk memperbaiki diri. Ini akan membuat kita tetap optimis.
Kebanyakan kita tidak bisa menjadi orang optimis karena menolak hal-hal buruk yang sudah terjadi (bukan menerima untuk memperbaiki diri) atau menolak hal-hal selain yang kita inginkan (menjadi perfeksionis yang salah). Para pakar kesehatan mental menyimpulkan, salah satu penyebab yang membuat orang gagal memiliki harapan optimistik adalah sikapnya yang kurang sehat.
Bagaimana sikap dan pandangan yang kurang sehat itu? Salah satunya adalah ketika kita tidak bisa menerima kenyataan dengan berbagai macam warna-warninya kehidupan. Ketika kita tidak bisa menerima kenyataan hidup ini apa adanya, yang kerap terjadi malah membuat kita mudah terkena stress. Kalau sudah begini, harapan kita juga terancam. Tetaplah berharap akan adanya kehidupan yang lebih baik tetapi juga harus sadar terhadap kenyataan hidup yang ada yang terkadang baik-baik saja, kadang juga tidak terlalu baik.
Terkait dengan pandangan hidup ini, sebetulnya semua manusia memiliki alasan yang tepat untuk pesimis atau optimis. Kalau bicara alasan yang bermanfaat untuk kita, tentu alasan optimis yang jauh lebih bermanfaat untuk kehidupan kita. Jadi, yang perlu kita ingat di sini adalah membedakan alasan yang menurut kita benar dan alasan yang bermanfaat untuk kita. Dietrich
Bonhoeffer mengatakan, esensi dari optimisme bukan untuk mengubah kenyataan yang sudah menimpa kita, tetapi kita butuhkan untuk mengubah kenyataan yang belum terjadi. Optimisme adalah sumber inspirasi, vitalitas dan harapan. Optimisme akan mendorong kita untuk mengangkat pandangan mata lebih atas, menciptakan masa depan bagi diri sendiri dan tidak menjadikan masa depan sebagai sumber ketakutan atau ancaman.
Pandangan hidup adalah pilihan yang kita ciptakan. Kalau kita menciptakan pandangan yang positif terhadap diri sendiri, ini tidak berarti di dalam diri kita tak ada hal-hal negatif. Demikian juga kalau kita menciptakan pandangan yang positif terhadap keadaan, tidak berarti di sana tidak ada hal-hal negatif. Hal-hal positif ada di mana-mana, demikian juga hal-hal yang negatif. Yang ditawarkan kepada kita adalah pilihan.
Karena itu, ada istilah yang kerap dikemukakan oleh para motivator yakni half full, bukan half empty. Dunia dan seisinya ini bisa digambarkan seperti gelas yang berisi separuh air. Anda bisa mengatakan gelas tersebut setengah isi, atau bisa saja menyebut setengah kosong. Kedua pandangan tersebut kedua-duanya memang benar, tapi yang kita kehendaki adalah bukan memilih salah satu mana yang benar, melainkan mana yang lebih bermanfaat.

HR

HR in New Business Paradigm
Bagaimana HR Manager turut berperan dalam perusahaan modern, kerja sekarang hasilnya untuk anak cucu kita mendatang?

Oleh: Urip Sedyowidodo, Praktisi Pengembang SDM & Organisasi.

Sudah terbiasa dan sering kita dengar istilah New Paradigm. Apa implikasi terhadap organisasi kita yang notabene adalah organisasi usaha? Cara pandang baru (new paradigm) kita terhadap masa depan bisnis yang kita tekuni selama ini akan sangat berpengaruh terhadap cara kerja kita sehari-hari.
Bayangkan, perusahaan ini 10 tahun mendatang. Atau kenapa tidak 100 tahun lagi? Pada masa mendatang, bukan saja kita sudah tidak ada kecuali ada keajaiban, akan tetapi juga yang menjalankan usaha ini adalah cucu kita, mungkin cicit kita. Itu pasti secara rasional. Implikasinya adalah, bagaimana saat ini kita bangun organisasi usaha ini agar bertahan selama-lamanya untuk anak cucu kita bisa meneruskannya dengan lebih baik-mudah-cepat-cerdik selain murah ( BETTER - EASIER – FASTER – SMARTER, also CHEAPER). Implikasinya menjadi jelas karena kita bukan hanya memikirkan keuntungan semata-mata.

Seperti ungkapan seorang CEO tentang penilaian prestasi karyawan, “.. tidak penting melihat kebelakang apa prestasi masa lalu kita, tapi lebih penting melihat ke masa depan – apa yang ingin kita raih-, dalam konteks Penilaian Performance, CEO ini mengingatkan kita bahwa jangan terpaku pada PE (Performance Evaluation), tapi fokuslah pada PM (PEFORMANCE MANAGEMENT) – bagaimana mengelola staff dan memastikan bahwa mereka bekerja dengan benar dalam mengerjakan hal-hal yang benar. ….!”, begitu kira-kira pesan sang CEO.

Para CEO memberi pedoman kepada kita, bahwa ukuran dari hal-hal yang benar adalah HUMAN ASPECTS dalam pekerjaan yaitu:
Attitude : harus selaras dengan value organisasi.
Skill: memiliki kecakapan Teknis dan Interpersonal.
(willing to) Learn: semangat belajar terus menerus selalu sesuai tuntutan bisnis.
Leadership: kemampuan seseorang untuk memimpin, memberi inspirasi, visioner, memberdayakan team.

Apakah cukup dengan bekal pengetahuan itu kita bangun organisasi usaha kita untuk ANAK-CUCU kita MASA DEPAN?

Bertindaklah! Ajak kolega anda, para business managers. Kita harus duduk bersama, untuk mengidentifikasi alat ukur (measurements tools) apa yang unik untuk organisasi kita dalam mengukur human aspects sesuai tujuan perusahaan kita, sehingga anak cucu kita di masa depan bisa meneruskan menjalankan organisasi dng lebih baik-mudah-cepat-cerdik selain murah.
Dave Ulrich, Guru Besar Harvard Business School, mengajak kita untuk menjalankan 4 peran HRD sebagai dasar efektif program pencapaian tujuan bisnis yaitu Business Partner, Change Agent, Employee Champion, dan Administrative Expert.

Di pihak lain fungsi Manajemen HRD yang mencakup 3 bagian utama yaitu Hire, Utilize, dan Fire kemudian dikembangkan berdasarkan Sistematika Manajemen HRD, ini dapat dibagi ke beberapa sub sistem misalnya Recruitment, Performance, Compensation & Benefit, Manpower Plan, Job Design sampai dengan Retirement Plan.

Persoalannya kemudian bagaimana para Manager HRD menjabarkan 4 peran di atas ke dalam semua sub sitem HRD tersebut. Keberhasilannya akan tampak dari efektivitas seluruh program HRD yang strategis berkaitan dengan tujuan bisnis, yang tak lain adalah profitabilitas. Semakin efektif sebuah program HRD akan semakin tampak pada tingkat kompetensi, motivasi dan kepuasan karyawan.


CEO

DR (H.C) Martha Tilaar
CEO Martha Tilaar Group
Pemimpin Sekaligus Ibu bagi Karyawan

Sebagai salah satu pengusaha sukses di Indonesia, perjalanan hidup dan perjuangannya sungguh kaya warna. Apa tantangan yang ia hadapi dan bagaimana rencananya ke depan?

Perjalanan karir Martha Tilaar menjadi salah seorang pengusaha papan atas, ternyata cukup menarik untuk disimak. Perempuan kelahiran Kebumen, Jawa tengah, 4 September 1937 lalu ini, tidak terbesit sedikitpun untuk menjadi pengusaha. Cita-citanya waktu itu hanya ingin menjadi seorang pengajar atau guru, dan cita-cita itupun ahirnya tercapai.
Namun nasib berkata lain, sejak menikah dengan seorang pendidik, Prof. Dr. H.A.R Tilaar, ternyata kehidupannya serba kekurangan. Penghasilan seorang guru saat itu tidak dapat memenuhi kebutuhan keluarga dengan 4 anak. Oleh karenanya supaya dapat memenuhi kebutuhan keluarganya, Martha mulai mencari jalan keluar, salah satu solusinya adalah berwiraswasta.
Di kalangan keluarga, Martha memang bukan orang yang pintar dibandingkan dengan kakak dan adiknya. Bahkan sejak kecil dirinya selalu mengalami sakit-sakitan, tak kurang 13 dokter telah merawatnya. Melihat kondisi tersebut, Ibundanya mengajarkan cara hidup how to solve the problem. Bekal dari sang ibu ternyata membawa pengaruh besar, apalagi sebuah cikal bakal potensi menjadi pengusaha telah terlihat di dirinya.
Ketika berbincang dengan People and Bussiness beberapa waktu lalu, pendiri dan chairman Martha Tilaar Group ini bercerita bahwa sejak sekolah dirinya sudah mulai mencari uang sendiri, agar dapat menambah uang jajan. Sifat kerja keras dan kreatif memang sudah tertanam. Martha bekerja keras dengan berdagang keliling menjual kerajinan tangan, merangkai tanaman Sogok Telik dan Jali-jali Putih yang diambil dari halaman eyangnya. Melihat motivasi yang begitu besar, Eyang Martha Tilaar akhirnya tertarik untuk menularkan dan memperkenalkan usaha lain yaitu ramuan jamu. Nah dari Eyang Pranata lah langkah awal Marta Tilaar mengenal ramuan jamu hingga sukses menjadi seorang pengusaha ramuan jamu kecantikan seperti sekarang.
Pendalaman mengenai kecantikan terus dilakukan. Salah satunya saat Martha berdiam di Amerika Serikat untuk mengikuti suaminya yang sedang menjalani tugas belajar, dengan mendatangi Academy of Beauty Culture, Bloomington, Indiana, AS. Setelah lulus dari akademi, Martha membuka praktek salon kecantikan di negeri Paman Sam ini. Melalui brosur sederhana yang disebar ke universitas, serta menghampiri kediaman mantan dosen untuk menghias istri-istri mereka, Martha berkeliling dari pintu ke pintu.
Berbeda dengan di luar negeri, setalah kembali ke Jakarta ternyata keadaan cukup berbeda. Kalau negara lain Martha cukup dikenal, baik sosok maupun produk-produknya, sementara saat memulai karir di Jakarta, peraih gelar doktor kehormatan untuk bidang Fashion and artistry dari world University Tuscon, Arizona, Amerika Serikat tahun 1984 cukup diremehkan. Tapi hal itu bukan masalah bagi perempuan ulet ini. Bermula dari halaman garasi sang ayah Yakob Handana, yang terletak di Kawasan Menteng, perempuan lulusan IkIP Jakarta ini, mendirikan sebuah salon kecantikan sederhana berukuran 6X4 Meter dengan nama Martha Salon. Dari tempat itulah ia membuat produk-produk kecantikan berbahan alami. Karena waktu itu belum mempunyai uang untuk beriklan di media, maka untuk mengenalkan usaha salonnya tersebut, Martha menggunakan jasa tukang koran untuk menyebar brosur-brosur. “Di tahun 1970an saya mulai meramu produk buatan sendiri dengan kelinci percobaan saya sendiri,” kenangnya.
Pada tahun 1975 ia mulai membuat kosmetik. Sempat belajar ramuan dengan Balian (sebutan dukun di Bali) orang-orang pun menganggap wanita ini yang pernah menerima Anugerah Teknologi Siddhakretya atas karya terapan terunggul, di tahun 2002 ini sebagai orang tak waras. Orang-orang masih saja memandang Sari Ayu Martha Tilaar dengan sikap acuh. Kepahitan cukup terasa, takkala dirinya ingin melebarkan sayap membuka cabang di tempat lain. Ketika hendak menyewa dan membuka gerai jamu dan kosmetik di suatu Mall Jakarta, pemilik tempat tidak mau menerima, karena produk Martha Tilaar dinilai tidak bermerek.
Respon atas penolakan itu, Pada Mei 1995, Martha mendirikan Puri Puri Ayu Martha Tilaar, sebagai gerai jamu dan kosmetika Sariayu sekaligus digunakan untuk pusat pelayanan konsumen. Gerai dan pusat pelayanan konsumen ini berada dalam payung usaha PT Martha Beauty Galery. Gerai Puri Ayu Martha Tilaar pertamakali berdiri di Graha Irama, di kawasan elit kuningan, Jakarta Selatan, lalu berkembang pesat memasuki kota-kota besar lain di Indonesia.
Mengenai keberhasilan Martha Tilaar menjadi pengusaha tersohor tidak terlepas dari image dirinya yang selalu mempopulerkan kekayaan alam dan budaya Indonesia. Apalagi konsep Senja di Sriwedari menjadi tren tata rias baru. Dari situlah mulai penerima The leading women enterpreneurs of the world, selalu memasukkan tren-tren bernuansa budaya di suatu daerah ke setiap produk Sariayu Martha Tilaar.
Sesudah mencapai puncak keberhasilan, ternyata Martha Tilaar masih memikirkan nasib kaum hawa yang tidak sempat mengeluarkan inner beauty. Setelah menyusun rencana bersama koleganya, akhirnya mereka menelurkan sebuah konsep yang dinamakan community trade, sebagai komunitas pengembangan masyarakat industri kerajinan di Yogjakarta. Hasilnya cukup memuaskan, bahkan melalui keuletan para perajin kaum hawa tersebut hasilnya dapat diekspor ke negara lain, salah satunya Prancis.
Bagi Martha Tilaar untuk menjadi sukses orang harus mempunyai prinsip. Baginya keberhasilannya selama ini karena faktor yang telah diterapkan dalam hidupnya, yaitu falsafah “Djitu” yang berupa singkatan dari Disiplin, Jujur, Iman kuat, Tekun dan Ulet. Sifat kepemimpinan itulah yang menjadi kunci keberhasilan Martha Tilaar membangun perusahaannya menjadi maju. Diungkapkan oleh perempuan bergelar Kanjeng Raden Ayu dari Mangkoenegoro IX kepada P&B, kejujuran merupakan awal dari sebuah kepercayaan, dan itu menjadi modal utama dalam kehidupan, terutama di dunia usaha.
Strategi kepemimpinan yang selalu diterapkan dan diajarkan kepada anak-anaknya serta kepada karyawannya adalah pendekatan emotional trend, di mana dirinya membuat traditional colours menjadi world colours dan fashionable colours. Berdasarkan pendekatan tersebut Martha Tilaar Group berhasil meraih penjualan besar bahkan bisnisnya pernah tumbuh hingga 400%.

Investasi di Bidang Riset
Peraih Prijadarshini Award dari International Federation of Women Enterpreneurs 2000 lalu ini mempunyai gaya kepemimpinan yang cukup unik, di mana dirinya suka mengumpulkan orang-orang yang lebih pintar untuk berkarya, melalui prinsip My leadership concern is trust, and give oportunity, motivation. Ia memang sadar bahwa dengan mengumpulkan orang-orang terbaik di bidangnya maka akan diperoleh hasil terbaik pula.
Melalui riset dan pembangunan atau R&D, tokoh penerima Sahwali Award dari Pusat Informasi dan Pengelolaan Lingkungan, ini mempunyai komitmen yang kuat. Salah satunya ingin menunjukkan bahwa Indonesia tidak ketinggalan di bidang kosmetika dan tata rias. Program yang telah dijalankannya yaitu secara bertahap mengurangi ketergantungan kandungan bahan baku impor, beralih menggunakan bahan baku lokal di setiap produknya. Hasil menggembirakan ini menghantarkan Martha Tilaar hadir dalam forum global compact, di New York, AS, hasil undangan dari Sekjen PBB Kofi Annan.
Di forum tersebut para pengusaha yang diundang diminta mempromosikan praktik berbisnis yang baik dalam hak asasi manusia, tenaga kerja, dan lingkungan hidup. Tujuannya agar setiap pengusaha menempatkan masalah sumber daya manusia, sumber daya alam, lingkungan dan HAM sebagai prioritas penanganan dunia usaha. Sementara ketika berbicara pada pertemuan Komite Pengarah Nasional Global Environment Facility (GEF) Small Grant Program, di Jakarta tahun lalu, CEO dari Martha Tilaar Group tersebut kembali mengangkat ulang komitmennya yang tinggi terhadap produk lokal. Dirinya sangat menyayangkan betapa produk lokal yang selama ini diklaim sebagai warisan budaya bangsa, seperti kain songket asal Palembang ternyata sudah didaftar atau dipatenkan oleh Malaysia. Ia pun cukup risau bila hal ini didiamkan maka tidak mustahil jamu yang dipunyai secara turun temurun akan mengalami hal serupa.
Ternyata komitmen untuk terus memajukan Martha Tilaar Group dan mengembangkan potensi budaya Indonesia dalam bidang jamu kecantikan bukan isapan jempol saja. Diakui oleh Martha Tilaar, waktu lalu pihaknya bekerjasama dengan Negara Prancis untuk laboratorium penelitian parfum. Kemudian tahun 2000 di Leiden University Martha mengirim ahlinya untuk belajar S2, khususnya meneliti dan mengembangkan sistem pengetahuan etnobotani, guna meningkatkan peran pengetahuan tradisi leluhur dalam pemanfaatan tanaman obat di negara berkembang.
Investasi di bidang riset ternyata membawa perkembangan tersendiri dari segi ekspor produk-produk Martha Tilaar. Beberapa negara sudah mengimpor produk Martha Tilaar, seperti Belanda, Suriname, Rusia, Malaysia, dan masih banyak lagi. Begitupun untuk bisnis Spa, ia sudah mempunyai puluhan di luar negeri, salah satunya Malaysia bertempat di Crown Princess Kuala Lumpur. Hebatnya pembukaan Spa dihadiri oleh Permasuri Agung Siti Aishah. Spa itu didirikan khusus untuk memenuhi banyaknya permintaan pelanggan dari salon di City Square, Kuala Lumpur. Selain itu, MTG melakukan kerjasama dengan berbagai perguruan tinggi dan institusi riset baik di ITB, UGM, UI, BPPT, UNPAD, LIPI.

Komitmen Untuk Petani dan Pendidikan
Sebagai perusahaan yang menyangkut dengan produksi pertanian, Martha Tilaar Group (MTG) sangat respon dengan kemajuan kualitas para petani serta pendukung pertanian. Pernah suatu ketika Martha mendatangi Menteri Pertanian untuk berbicara seputar permasalahan pestisida dan pupuk yang terlalu mahal sehingga tidak dapat dijangkau oleh petani. Beberapa poin dicapai dalam pertemuan itu. Salah satunya penggalakan pupuk dari hasil olahan sampah dan daun kering, dengan menggunakan tekno botani yang dimiliki pihak MTG. Mengenai pengembangan kualitas petani, Martha Tilaar pernah mengirimkan pelatihan pertaniaan ke luar negeri.
Tidak sampai situ saja, komitmen terhadap pendidikan juga dilakukan dengan menggelar pendidikan kampung jamu dalam waktu dekat ini. Fokusnya kepada masyarakat di Jakarta dengan program-programnya lebih terkait kepada permasalahan di Jakarta. Selain itu, terus mengembangkan program tanaman obat keluarga atau Toga. Martha juga mendirikan Yayasan Martha Tilaar. Ia mendidik banyak wanita dan ibu-ibu tentang kecantikan. Tujuannya agar mereka bisa merawat diri sendiri, juga dapat mandiri dan membuka usaha.

Boks Komentar

Lany Rahadi
PR Manager Yayasan Martha Tilaar
“Beliau Pemimpin Yang Sangat Keibuan”
Sejak 16 tahun Saya telah ikut dengan Martha Tilaar. Bagi saya sosok Martha Tilaar yang paling menonjol adalah sifat keibuannya. Di saat memimpin Martha Tilaar Group dan Yayasan Martha Tilaar, nuansa kekeluargan pun diciptakan baik di perusahaan maupun di yayasannya. Bagai Ibu dan anak, Martha Tilaar sering berdiskusi dengan karyawannya untuk mendengarkan segala masukan-masukan dari luar, dan masukan tersebut biasanya langsung dikaji. Sementara itu, bila menyampaikan nasehat, Ibu selalu melakukan dengan tutur sapa yang baik.
Bagi saya, hal yang menarik dari diri Martha Tilaar itu adalah seorang pemimpin yang penuh dengan inspiratif, aspiratif dan motivasi tinggi. Baginya kalau orang lain bisa kenapa kita tidak bisa. Berfikir harus positif dan maju. Selain itu, Martha Tilaar sangat memberi perhatian terhadap pengembangan perusahaan dengan inovasi-inovasi, serta pengembangan program pendidikan untuk rakyat kecil.
Martha Tilaar merupakan sosok yang sangat Indonesia, hal itu dirasakan dalam mengembangkan serta membuat produk-produk Martha Tilaar bernuansa Indonesia sekali.






Motivasi

Sebelas Sikap Penyumbang Kegagalan Dalam Pekerjaan
by David L. Dotlich)

SEBELAS Sikap yang Menjadi Penyumbang Kegagalan dalam Pekerjaan Semakin besar tanggung jawab seseorang di dalam perusahaan, semakin banyak tuntutan yang harus dipenuhi. Selain pekerjaan yang harus dikelola sebaik mungkin, juga pendekatan yang baik harus dilakukan kepada para rekan kerja, atasan dan bawahan.
Ada banyak orang gagal dalam pekerjaan hanya karena sikap-sikap di bawah ini:
1. Arogansi: merasa diri paling benar dan yang lain salah
2. Melograma: selalu ingin menjadi pusat perhatian
3. Volatility: sulit ditebak, bersikap sesuai mood-nya
4. Excessive Caution: takut mengambil keputusan
5.Habitual Distrust: sikap yang selalu curiga ke orang lain
6. Aloofness: sulit dihubungi dan berkomunikasi dg orang lain
7. Mischievousness: peraturan dibuat untuk dilanggar
8. Eccentricity: selalu ingin berbeda, sehingga terkadang dianggap aneh oleh orang
lain
9. Passive Resistance: tidak yakin dengan apa yang dia katakan
10. Perfectionism: kebanyakan dianggap salah, hanya sedikit yg benar
11. Eagerness to please: mengejar popularitas dalam setiap situasi

Adakah Anda memiliki salah satu sikap-sikap di atas? Sebaiknya Anda memikirkan untuk mengelolanya dari sekarang.
Sumber: Disadur dari Why CEOs Fail by David L. Dotlich & Perter C.

Profil

Pendekatan Sosial Budaya Max J Wajong.

20 tahun tinggal menetap di pedalaman Irian Jaya membuat Max J Wajong, sangat memahami dan mendalami adat istiadat dan budaya hidup suku-suku di daerah kepala burung tersebut. Antara lain, dengan suku Asmat dan suku Amugme. “Mereka punya cara-cara dan norma sendiri dalam menjaga alam, dan karena itu pula mereka bisa tetap mempertahankan kelangsungan hidupnya,” kata pria angkatan 66 yang dikenal bersahabat dengan pengusaha Sofyan Wanandi tersebut.
Sebaliknya, pria yang memilih hidup melajang tersebut justru menyesalkan kekeliruan yang dilakukan oleh otoritas pemerintahan di tingkat pusat dalam upaya meningkatkan harkat dan derajat hidup suku-suku tersebut. “Tidak ada social cultural approach dalam pembangunan sehingga tidak sesuai dengan nilai-nilai, tata cara hidup dan adat istiadat masyarakat setempat,” kata adia.
Max mencontohkan, saat pemerintah atas nama perlindungan terhadap binatang langka yang dilindungi, melarang suku Asmat memburu dan mengkonsumsi buaya. “Saya tidak yakin jika aktifitas berburu buaya di sana dapat memusnahkan populasi buaya disana karena suku-suku di Irian jaya memiliki aturan main dan adat buaya yang dapat menjaga populasi buaya di sana,” kata pria yang sejak tahun 2001, tidak lagi sepenuhnya tinggal dan menetap di pedalaman Irian Jaya.
Aturan adat budaya berburu buaya yang dimaksud Max adalah, karena norma yang berlaku pada suku-suku tadi melarang memburu buaya anakan. Kedua, mereka juga tidak pernah memburu buaya indukan karena dagingnya sudah keras sehingga dagingnya tidak enak dimakan. “Jadi selain memburu dalam jumlah kecil aturan ini juga dapat menjaga kelangsungan populasi buaya sebab yang anakannya bisa besar dan yang induknya dapat berbiak lagi,” tambah dia. Karena itulah, sensus terhadap populasi buaya di Irian Jaya yang dilakukan UNDP beberapa waktu lalu menunjukkan terdapat 7 juta populasi buaya di sana. “Jelas tidak mungkin musnah karena populasi penduduknya saja hanya 1,7 juta. Lebih banyak buayanya daripada orangnya,”.
Contoh lain menurut Max, saat PT Freeport Indonesia, atas nama corporate social responsibility merelokasi suku Amugme dari kawasan tempat tinggal mereka di pengunungan bagian utara yang berhawa dingin ke bagian selatan yang berudara panas. Ternyata, rumah-rumah bergaya kota dengan atap seng dan jendela nako tidak dapat terpakai. Udara panas dan kawasan selatan yang berawa menyebabkan banyak masyarakat suku Amugme yang terkena penyakit malaria. “Ini sama saja dengan pemusnahan etnis secara perlahan-lahan. Suku Amugme yang tinggal di kawasan salju abadi tidak terbiasa dengan udara panas dan kawasan berawa yang banyak nyamuk,” kata dia. Karena itulah, dia berpendapat alangkah baiknya jika upaya-upaya meningkatkan harkat dan martabat suku-suku tadi dilakukan dengan pendekatan sosial budaya. Tidak sekedar memfotocopi pembangunan yang ada di perkotan seperti di Jakarta. Misalnya saja dalam pembangunan puskesmas, SD inpres dan rumah-rumah penduduk.



Profil Fokus

Ulupi Hastuti
Wanita Lembut di Bisnis Keras


Sebagai salah satu dari sedikit wanita yang berhasil meraih sukses lewat bisnis konstruksi, Ulupi Hastuti mengaku kunci sukses bisnisnya adalah keberanian menangkap peluang usaha. “Jangan ragu untuk memulai dan memberdayakan apa saja yang ada di sekitar kita. Fasilitas, SDM, networking dan pengetahuan,” kata Presdir PT Heksa Bangun Sinergindo ini.
Melalui bendera perusahaannya, Upi membangun rumah-rumah tinggal untuk kalangan ‘berpunya’ atau masyarakat kelas menengah atas terutama di Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok dan Bali. Selain itu, ia juga mengerjakan pembangunan apartemen, hotel, town house, resto & lounge, serta pembangunan interior ruang imigrasi Kedutaan Besar Singapura di Jakarta. Rata-rata bangunan yang digarap Upi adalah bangunan dengan biaya konstruksi antara Rp 2 juta hingga Rp 8 juta per m2.
Dalam mengerjakan pembangunan proyek-proyek tersebut, Upi mengerjakan mulai dari konstruksi bangunan hingga desain interiornya. “Kami mengerjakan mulai dari membongkar bangunan lama kalau lokasinya ada bangunan sebelumnya sampai desain interiornya sehingga bangunan atau rumah siap ditempati pemiliknya,” tambah isteri dari Boy B. Suryono tersebut.
Selain itu, sebelum dan selama proses pengerjaan proyek berlangsung, wanita kelahiran 30 Juli 1961 tersebut memberikan konsultasi gratis terhadap rancang dan desain bangunan yang diinginkan konsumen. “Sebaiknya dalam setiap pekerjaan proyek lebih baik dilakukan dengan hati yang tulus dan tidak money atau provit oriented,” tambahnya. Menurut Upi, dengan berpikir secara client oriented dan mengutamakan kepuasan klien ia justru dapat menjaga kesinambungan proyeknya.
Sementara untuk konstruksi rumah tinggal secara massal, Upi lebih selektif dalam memilih klien. Diantaranya adalah perumahan Rancamaya Estate Bogor, perumahan Mahogany Residence Cibubur, pembangunan perumahan di beberapa cluster tertentu di Citra Grand serta perumahan Golf Estate Bogor Raya.
Kunci sukses Upi yang lain adalah dengan lapang dada memberikan kepercayaan kepada bawahan dan staf bahwa mereka mampu menjalankan tugas-tugasnya dengan baik. “Dengan begitu saya dapat berkonsentrasi atau fokus pada pekerjaan lain yang membutuhkan tanggung jawab yang lebih besar,” tambah wanita 46 tahun tersebut.

Profil Akademisi

Dr Muhammad Zilal Hamzah, PhD.

Dr Muhammad Zilal Hamzah PhD, atau yang lazim dipangging Pak Zilal, adalah sosok yang akrab dengan dunia pendidikan dan organisasi. Waktu untuk keluarga lebih banyak tersita dengan kesibukan tersebut. Sosok pria pendiam namun tegas ini dikenal sebagai pendidik yang aktif tidak hanya sebagai dosen, namun dikenal luas sebagai tokoh yang aktif di beberapa organisasi ekonomi dalam dan luar negeri.
Pria kelahiran Padang 11 Juli 1964 silam tersebut, menjadi salah satu pendiri Lembaga Organisasi Sumber Daya dan Support Organisasi, di tahun 1995. Lahir di keluarga yang mempunyai latar belakang ekonomi, ternyata membawa pengaruh besar dalam perjalanan karir Zilal sebagai guru besar dan dosen di beberapa universitas di Indonesia, khususnya bidang ekonomi. “Karena bapak saya dari ekonomi, maka saya harus mengikuti juga, ” tukas Zilal kepada People & Business di kantornya beberapa waktu lalu.
Menyelesaikan pendidikan di Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, Medan, tahun 1998, Zilal lantas mengambil Program Magister Manajemen, International Golden Institute, Jakarta. Meraih Doktor di Program Doktor Ekonomi, Universiti Kebangsaan Malaysia, di tahun 2005.
Mengantongi gelar Doktor dari Universitas di Malaysia, bagi member of Indonesian Regional Science Association (IRSA), ternyata merupakan langkah besar bagi perjalanan karir Zilal. Dirinya dipercayai memimpin sebagai Direktur Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bisnis Indonesia di tahun 2005 sampai sekarang. Diangkatnya Zilal untuk memegang program Pascasarjana STIE BI, ternyata telah meluluhkan hati kedua orang tuanya yang sempat marah selama 2 tahun kepadanya, berkenaan dengan keluarnya dirinya sebagai PNS di Departemen Perindustrian, untuk mengejar S2.
Melihat latar belakangnya, Muhammad Zilal Hamzah menuturkan, salah satu motivasinya untuk menjadi ahli ekonomi karena mengikuti keinginan sang ayah yang juga di bidang ilmu ekonomi. Kalau ayahnya seorang madya PNS, maka fokus perhatian Zilal lebih mengarah menjadi seorang pengajar bidang ekonomi. Setelah lulus S2, mulailah dirinya mengajar di STIE Bisnis Indonesia dan menjadi salah satu perintis program studi D3 sampai S2 di Kampus Bisnis Indonesia.
Sejak memimpin program pascasarjana, pria yang juga sibuk sebagai member of Malaysian Financial Association ini, mempunyai cerita unik dan penuh dengan pengalaman. Baginya, selama mengajar, dirinya telah menemui mahasiswa dengan berbagai macam karakter. Bahkan tidak sedikit yang tidak menyukai dengan cara pengajarannya yang terkesan keras dan disiplin tinggi. Biasanya yang sering dilakukannya untuk menghadapi orang-orang seperti itu adalah dengan menempatkan dirinya secara konsisten saat mengajar.
Walaupun sudah menggapai impiannya menjadi guru besar serta direktur program pascasarjana, Zilal belum mau disebut sebagai orang sukses. Yang penting dalam hidup adalah mengeksplorasi diri untuk bekerja sesuai dengan batas kemampuan diri, serta bidang ilmu yang ditekuni. ”Sesuai dengan falsafah hidup saya, kerjakanlah sesuatu itu dengan ikhlas. Kerjakanlah tugas terlebih dahulu, tunjukkan hasil, baru bisa berbicara,” ungkap Zilal.
Menurutnya, prinsip dasar sebagai negara yang sedang berkembang adalah kurangnya sumber daya manusia yang berkualitas di bidang ekonomi-bisnis. “Keterlibatan saya bersama STIE BI diharapkan dapat menciptakan SDM berkualitas di bidang ekonomi-bisnis, baik praktek maupun teori.”
Mantan Ketua Pelaksana Harian program Magister Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Trisakti dan juga dosen tidak tetap pada Program Magister Ilmu Administrasi Universitas Krisdwipayana ini mengaku, ilmu tidak hanya didapat dari lembaga formal seperti universitas saja. Organisasi yang melibatkan dirinya selama ini, telah membawa perubahan besar bagi kemajuan dan kemampuan untuk mengelola diri serta menambah jaringan luas, di dalam dan luar negeri, khususnya bidang ekonomi-bisnis.
Di tengah-tengah kegiatan rutinnya, Zilal ternyata juga punya bakat menulis. Bakat menjadi seorang penulis, memang telah mengalir di diri Zilal sejak SMP. Awal penulisannya adalah membuat sederatan puisi dan tulisan mengenai perjalanan kehidupan. Di SMA perkembangan penulisan mulai terlihat dengan membuat cerita pendek, salah satunya tentang perjalanan karirnya. Aktivitas penulisannya ini mulai berkembang saat mulai hidup jauh dari keluarga. Dan kegiatan itu telah sangat membantunya ketika ia harus menyusun karya ilmiah, yang hingga kini telah mencapai belasan karya.








































Kolom HR Forum

The Basic Ingredients of Success

Berbicara mengenai sukses, setiap orang mungkin memiliki definisi yang berbeda-beda. Sukses bagi sebagian orang didefinisikan sebagai memiliki keluarga yang bahagia, terpenuhinya kebutuhan hidup sehari-hari dan memiliki ketenangan secara batiniah. Bagi sebagian orang lain sukses dapat berarti memiliki rumah yang mewah, mobil mewah, pergi bertamasya keliling dunia dan lain sebagainya.
Satu hal yang pasti setiap orang merindukan untuk mencapai kesuksesan mereka masing-masing. Secara naluriah, hampir tidak ada orang yang mengharapkan mereka gagal dalam hidupnya. Semua menginginkan kesuksesan terjadi dalam hidup mereka.
Namun yang menjadi realita adalah sebagian orang mudah mencapai kesuksesan tapi sebagian yang lain bahkan tidak pernah sampai ke sana. Pertanyaan besarnya adalah What does it take to succeed? Apa yang Anda perlukan untuk berhasil dalam hidup Anda?
Seorang petinju legendaris, Muhammad Ali pernah mengatakan demikian Champions are not made in the gyms. They are made from something that they have deep inside them: a desire, a dream, a vision. Bila Anda mengikuti kisah sukses dari banyak orang ternama dunia seperti Thomas Alva Edison, Henry Ford, Ray Kroc, Soichiro Honda, atau Matsushita, Anda pasti akan setuju bahwa apa yang diungkapkan Muhammad Ali adalah sangat fundamental bagi sebuah keberhasilan.
A Desire
Anda harus sangat menginginkannya baru Anda akan berusaha untuk mendapatkannya. Begitulah mungkin saya menggambarkan desire dalam kaitannya dengan keberhasilan. Seorang T.A Edison saat menemukan bola lampu, sebelumnya berjuang dengan ribuan kali eksperimen. Wright bersaudara saat menemukan pesawat, menerima banyak tertawaan sebelumnya dari orang-orang yang mengatakan bahwa berat jenis besi lebih besar daripada udara sehingga tidak akan mungkin bisa terbang.
Namun mereka tidak peduli, mereka terus berusaha dan berjuang untuk menggapai harapan mereka, karena mereka memiliki desire yang jauh lebih besar dari apapun yang dapat menghalangi mereka saat itu. Banyak orang yang mau berhasil dalam hidup mereka, tapi hanya sedikit yang benar-benar mau dan berusaha mewujudkannya. Banyak yang pada akhirnya berhenti pada keinginan semata.
Untuk berhasil Anda harus benar-benar menginginkannya dan bergerak menuju perwujudannya. Anda harus memiliki burning desire, semangat yang berapi-api. Tidak cukup sampai di sana saja, Anda juga harus memiliki sederetan langkah-langkah nyata guna mewujudkannya.
A Dream
Bila Anda sudah menginginkannya, Anda pasti akan membayangkan Anda memilikinya atau mencapainya. Ray Kroc pernah membayangkan Mc Donald berada di seluruh penjuru Amerika, saat ini Mc Donald sudah berada bahkan di hampir seluruh penjuru dunia. If you want to dream, dream big. Bagi yang skeptis mungkin akan mengatakan agar jangan bermimpi terlalu tinggi, nanti kalau jatuh sakitnya akan sangat terasa. Ini adalah mitos. Anda sendiri yang akan menentukan sakit atau tidak.
Perasaan dan keinginan semuanya dapat Anda kendalikan. Memiliki mimpi berarti Anda membayangkan dan memvisualisasikan Anda berada di titik akhir. Stephen Covey dalam bukunya 7 Habits of Highly Effective People mensyaratkan bahwa salah satu kebiasaan yang efektif adalah Begin With The End in Mind. Mulailah dengan tujuan akhir Anda di awal perjalanan.
A Vision
Sederet langkah tentunya juga harus Anda persiapkan untuk memformulakan sebuah visi yang Anda jiwai sampai dengan terealisasinya visi tersebut. Juga bukan hal yang mengherankan ketika Bill Gates, yang mengusung Microsoft dengan visi setiap rumah akan memiliki paling tidak sebuah PC yang dilengkapi dengan sistem operasi Windows dari Microsoft, saat ini boleh tersenyum melihat kenyataan yang ada. Bill Gates bahkan tidak pernah menyelesaikan studinya di bangku kuliah.
Para tokoh yang disebut diatas bukanlah manusia super. Mereka sama halnya dengan orang lain pada umumnya. Mereka juga hanya memiliki 24 jam sehari. Mereka juga berhadapan dengan masalah. Mereka juga pernah mengalami tekanan. Mereka juga pernah merasa lelah. Mereka juga pernah mengalami kegagalan. Namun mereka tidak berhenti, mereka berjuang dengan desire yang mereka miliki untuk meraih dream dan vision yang mereka tetapkan disertai komitmen dalam bentuk tindakan yang konsisten.
To know and not to do is not to know. Meskipun Anda tahu tetapi Anda tidak melakukannya berarti sama saja Anda tidak tahu. Singkat kata, harus dibarengi dengan tindakan maka kesuksesan Anda baru mungkin terjadi. Selain itu, perlu diingat bahwa ada harga yang harus Anda bayar untuk sebuah keberhasilan. Tidak semuanya datang dengan mudah. There is no elevator to success. You have to take the stairs. Tidak ada jalan singkat untuk kesuksesan tanpa melalui pengorbanan.
Beranikah Anda membayar harga tersebut?

Men Jung, S.Kom., MM
Transformation Coach & People Development Trainer
Founder, J&K Counsels
Dosen, Universitas Bina Nusantara
www.menjung.com















Motivasi

Never Bite The Hands That Feed You
Oleh: Men Jung
Transformation Coach & People Development Trainer www.menjung.com

Pernahkah Anda berhadapan dengan karyawan yang seringkali mengeluh terhadap perusahaan tempat dia bekerja? Tak jarang karyawan tersebut bahkan mengeluarkan kata-kata cercaan, mengungkapkan kekesalan bahkan seluruh pandangannya yang negatif. “Perusahaan tempat saya bekerja payah. Gajinya rendah, pekerjaannya banyak. Tidak peduli pada karyawan.” Begitulah kira-kira sedikit kekecewaaan yang mereka utarakan.
Seringkali ketika Anda tidak puas dengan perusahaan tempat Anda bekerja, Anda menggerutu dan kecewa terhadap apa yang Anda terima. Tidak sedikit karyawan yang mengajukan protes, untuk kenaikan gaji misalnya, bahkan ada yang sampai bersifat merusak ketika tidak direspons. Suasana yang sangat tidak mengenakkan tentunya bagi siapapun. Ironis memang jika melihat hal ini lebih dekat lagi. Segala sesuatu yang dirusak adalah milik bersama dalam organisasi. Mereka seolah tidak peduli dan ingin tuntutannya dipenuhi dengan cara apapun.
Kerusakan yang lebih parah lagi bukan dalam bentuk fisik tapi dalam bentuk yang berbeda. Anda dapat melihat sendiri sudah berapa banyak kasus korupsi yang menggerogoti dan menimbulkan kerusakan di banyak organisasi. Banyak yang mau menerima gaji dari organisasi tempat mereka bekerja tapi tidak sedikit juga yang mau mengambil lebih melalui cara-cara yang tidak berkenan.
Melihat keadaan seperti di atas, saya teringat dengan sebuah ungkapan yang mengatakan “Never bite the hands that feed you.” Jangan pernah menggigit tangan yang memberi Anda makan. Agaknya kita dapat belajar banyak dari ungkapan sederhana ini. Bila saat ini Anda bekerja pada sebuah perusahaan tertentu, sudah menjadi kewajiban Anda untuk memberikan yang terbaik yang Anda miliki. Seluruh kekuatan, tenaga dan pemikiran harus Anda kerahkan untuk membangun organisasi di mana Anda berada.
Anda yang memilih berada di dalamnya jadi bagaimanapun juga Anda ikut bertanggungjawab atas apa yang terjadi pada organisasi tersebut. Inilah paradigma berpikir yang harus Anda tanamkan. Bukan malah sebaliknya Anda menyebarkan sesuatu yang negatif secara tidak bertanggungjawab. Organisasi tersebut bukan hanya tanggugjawab pemilik atau pimpinan tapi secara kolektif seluruh yang berada di dalamnya.
Kalau Anda memang pada dasarnya tidak sejalan, maka lebih baik Anda mengambil keputusan untuk meninggalkan organisasi tersebut daripada Anda melakukan hal-hal yang sifatnya negatif dan kurang berkenan. Anda tentu tidak mau menjadi orang yang di satu sisi menerima dari organisasi dan di sisi lain Anda malahan menggigit.
Jika Anda memilih untuk mengumpat, maka tentunya hal tersebut akan berdampak tidak baik pada kinerja Anda sendiri maupun organisasi. Akan lebih baik jika Anda dapat menyuarakannya melalui cara yang lebih baik dan profesional kepada pihak yang memang berwenang dalam organisasi tersebut. Tindakan destruktif tidak akan pernah menyelesaikan permasalahan. Jadilah lebih bijaksana dengan membawa angin perubahan yang positif dan bersifat membangun. Kala Anda melihat ada yang tidak benar, benahilah dengan cara yang baik dan dapat diterima. Salam Transformasi!

Yohanes Surya

DI tengah situasi pendidikan nasional yang masih berkabut, terbetik kabar membanggakan. Siswa-siswa duta Indonesia kembali mempersembahkan medali emas pada ajang adu pintar fisika tingkat dunia di Pohang, Korea Selatan, pekan lalu.
Lewat Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI) yang dipimpinnya, Prof Johanes Surya PhD menjelma sebagai sosok yang memiliki andil terbesar dalam peraihan prestasi gemilang itu.
Di salah satu ruang "inkubator" fisikawan muda kampus Universitas Pelita Harapan, kompleks Lippo Karawaci Tangerang, Guru Besar Fisika Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga (terhitung sejak 1 Agustus 2004) itu bertutur panjang kepada Suara Merdeka. Tentang trik-triknya, juga obsesi-obsesinya. Berikut petikannya.
Anda pernah bilang, jika diberi murid yang cocok, murid itu akan memperoleh medali emas pada Olimpiade Fisika. Benarkah?
Benar. Dalam Olimpiade Fisika, ibarat orang mau perang, kita harus tahu strategi, musuh kita siapa. Kalau sudah mengenali musuh, penyerangan akan lebih gampang dilakukan.
Saya sudah mempelajari semua itu, sehingga tahu tindakan yang mesti saya tempuh supaya memenangi pertandingan. Pertama, anak-anak harus dilatih untuk mengerjakan soal-soal fisika yang levelnya tinggi sekali, yaitu soal-soal tingkat universitas, terutama tingkat magister (S2) dan doktor (S3). Kedua, dia harus bekerja cepat sekali. Ketiga, aktif dan efektif. Keempat, dia harus menguasai alat-alat eksperimen. Terhadap setiap percobaan yang pernah ada dalam Olimpiade sebelumnya, dia harus mampu melakukannya. Hal-hal itu sangat penting.
Apa yang Anda maksud dengan "murid yang cocok"?
Pertama, siswa itu harus siswa yang ngotot. Kedua, mempunyai kemampuan bagus, inteligensinya tinggi. Ketiga, mempunyai keterampilan untuk bereksperimen. Dengan tiga hal itu, saya jamin, saya latih dua tahun, dia akan bisa merebut medali emas.
Sudah menemukan lagi?
Sekarang, untuk Olimpiade di Barcelona Spanyol tahun depan, saya sudah punya tiga calon kuat. Karena itu, saya berani menjanjikan, tahun depan di Barcelona kita paling tidak bisa raih tiga emas.
Anda berniat membeberkan "rahasia" itu kepada khalayak?
Saya open saja supaya siapa pun bisa mempelajarinya. Tapi ke negara lain, nggak.
Sudah Anda tuangkan dalam bentuk tertulis, buku misalnya?
Dalam berbagai kesempatan, saya sudah membicarakannya dengan Diknas, dengan banyak teman. Mereka pada dasarnya sudah tahu, kalau mau mendapatkan emas di Olimpiade Fisika, mesti berbuat apa. Jadi, sudah ada gambaran.
Bagaimana sesungguhnya posisi Indonesia dalam kancah kompetisi fisika tingkat dunia?
Saat ini kita masuk lima besar. Pada Olimpiade Fisika di Korea tempo hari, kita meraih satu emas, satu perak, dan dua perunggu, serta satu honourable mention. Perorangannya kita peringkat keenam dari 332 peserta. Peringkat perorangan kita jauh lebih baik dari Rusia, India, Taiwan, Hongaria, bahkan tuan rumah Korea. Negara-negara seperti Eropa Barat, Jerman, dan Inggris jauh di bawah kita. Jadi, posisi kita di level internasional luar biasa bagus. Orang-orang sudah menganggap kita negara kuat. Jadi, tak perlu rendah diri lagi.
Belasan tahun Anda mengelola inkubator fisikawan muda. Anda merasakan ada kemajuan berarti?
Kita kian lama makin baik. Karena itu, kita memiliki target tahun 2006 juara dunia. Bagaimana mencapai target itu? Ini yang sedang kami jalankan dengan Departemen Pendidikan Nasional, sehingga kita harapkan 2006 dan seterusnya bisa menjadi juara dunia. Paling tidak kita akan bersaing ketat dengan China. China selama ini juara dunia, ia dapat lima medali emas.
Negara kita memang potensial sebagai penyedia anak-anak yang menurut Anda cocok sebagai perebut medali emas?
Sangat potensial. Saya kemarin melatih anak Papua. Dia juara dunia riset. Itu baru dari Papua yang sering dianggap daerahnya paling belakang, identik dengan kemalasan, kebodohan. Tapi nyatanya, anak-anaknya bisa jadi juara dunia. Saya juga beberapa kali punya siswa yang bagus dari Makassar, Manado, dan Bali. Semua itu daerah-daerah potensial. Mereka jika dilatih dengan baik, diarahkan dengan baik, potensi untuk menjadi juara makin besar.
Dibandingkan dengan negara pesaing, terutama China, apakah pola pembinaan terhadap calon fisikawan di negeri ini sudah terbilang memadai?
Pembinaan, belum. Itu yang sedang kita bicarakan dengan Diknas. Dua tahun ke depan kita bina gurunya untuk menyiapkan siswa-siswa berbakat. Kita harapkan sekali, melalui guru-guru ini siswa-siswa kita bisa dibina, diarahkan dengan baik. Itu yang kita harapkan. Pola pembinaannya sendiri makin lama makin bagus. Dan bisa saya katakan, kita bisa bersaing dengan pola pembinaan China. Kalau program yang sudah saya buat dengan Diknas dijalankan, peluang (menjadi juara umum) sangat besar. Selama ini kita sudah baik, tapi kita tentu ingin lebih baik lagi.
Bagaimana mekanisme perekrutan dan penggemblengan yang dilakukan oleh TOFI?
Selama ini ada Olimpiade Fisika Nasional. Setiap tahun Diknas mengadakannya. Dari Olimpiade Nasional itu kita pilih 30 orang, lalu kita latih mereka selama satu bulan, lalu kita pilih sepuluh. Sepuluh itu kita latih enam bulan, kita pilih delapan. Delapan kita pilih lagi selama dua bulan, menjadi lima. Lima itulah yang kita kirim ke Olimpiade Dunia.
Pola seperti ini sudah cukup lumayan, tapi harus terus dipoles. Idealnya, yang di-training awal guru. Guru di-training, kemudian guru men-training anak-anak. Satu tahun guru mengikuti training. Lalu dari hasil training guru itu, siswa-siwa yang berbakat dikumpulkan, baru kami yang melakukan training. Bila cara itu dilakukan, kita akan lebih bagus lagi menemukan dan mengasah bakat-bakat itu.
Ada yang berpendapat penanganan anak berbakat di negeri ini nyaris tak pernah berkelanjutan? Malahan konon anak yang baru saja mendapat medali di Olimpiade Dunia, hendak ke ITB saja masih bingung soal biaya. Bagaimana ini?
Memang penanganan anak-anak berbakat belum berjalan dengan baik. Padahal, anak berbakat itu banyak sekali. Biasanya yang disebut anak berbakat itu sekitar 2% populasi anak-anak. Kalau 2% itu bisa dipoles dengan baik, sumber daya manusia kita akan sangat kuat.
Apa yang semestinya dilakukan pemerintah agar prestasi yang telah teraih tidak mandek?
TOFI selama ini mencarikan beasiswa untuk kelanjutan studi ke universitas-universitas luar negeri, seperti ke California Institute Technology, Tokyo University, National Taiwan University, Singapura, dan Amerika. Kami salurkan mereka semua. Saat ini dari alumni TOFI, 48 orang dari 60 orang atau 80% studi di luar negeri.
Sejak 1993 Anda memoles para calon fisikawan. Apakah dari upaya itu telah lahir fisikawan andal?
Sudah. Alumnus 1995 sudah jadi profesor fisika di Amerika. Namanya Nelson Tanso. Dia jadi profesor di Lehigh University Pennsylvania dalam usia 25 tahun, dan banyak lagi yang sedang mengambil program doktor. Mungkin dua tahun lagi sudah banyak yang lulus. Yang lain, banyak riset menarik lahir dari tangan mereka.
Apa target Anda jangka pendek, juga jangka panjang?
Jangka pendek, 2006 juara dunia, 2005 kita dapat tiga emas, 2006 lima emas. Ya, 2006 dan seterusnya kita selalu jadi juara dunia. Kemudian 2020, peraih Nobel Fisika dari Indonesia.
Bagaimana mewujudkannya?
Tidak susah. Pertama, mengirimkan semua peraih medali emas itu ke luar negeri dan kita carikan sponsor. Lalu mereka belajar langsung dari peraih Nobel. Karena setiap hari bertemu dengan peraih Nobel, cara nalar mereka akan mirip dengan peraih Nobel. Dengan begitu, lima belas tahun ke depan kita akan meraih Nobel. Itu cita-cita dan harapan saya untuk mereka.
Itu yang membuat Anda cenderung mencarikan sponsor dan sekolah ke luar negeri buat mereka?
Ya. Biar mereka selalu terinduksi oleh cara nalar para peraih Nobel.
Mengapa bukan Anda sendiri yang mendekat pada para peraih Nobel agar kelak Anda juga meraih hadiah paling bergengsi itu?
Kalau saya berusaha meraih Nobel, konsentrasi saya harus ke sana. Kalaupun saya dapat, saya cuma seorang. Sebaliknya kalau saya mempersiapkan banyak orang, ratusan orang bisa memiliki kesempatan untuk meraih Nobel dan peluangnya lebih besar dibandingkan dengan saya seorang diri. Bukankah lebih baik harus ada yang berkorban untuk orang lain.
Indonesia makin disegani dalam bidang fisika. Namun di sekolah, bersama matematika, fisika tetap saja menjadi momok bagi sebagian besar pelajar kita. Adakah yang salah?
Kesalahannya adalah penyajian pengajaran fisika. Banyak yang mengajar tidak dengan fun. Padahal, semestinya mereka mengajar lebih menyenangkan, lebih fun. Jangan bicara rumus dulu. Kalau bisa, bicara teori dan konsep dulu. Seorang yang bisa menguasai konsep dengan baik, ke depannya soal-soal fisika akan terasa lebih mudah. Jadi, yang membuat anak-anak ketakutan, guru-guru masih berkutat pada rumus dulu, bukan teori dan konsep dulu.
Sebangun dengan paradigma pelajaran fisika humanis yang belakangan ini didesakkan oleh sejumlah tokok paedagogi fisika kita?
Sesungguhnya fisika itu humanis, menyenangkan. Karena menyenangkan, semestinya ia disampaikan secara menyenangkan. Guru tidak usah galak-galak. Guru sebaiknya santai, memberikan dengan senyum.
Anda agaknya juga terobsesi pada gagasan besar Prof Dr Paul Ormerod untuk mengembangkan ekonofisika?
Ya. Ekonofisika itu sesungguhnya aplikasi fisika untuk bidang-bidang ekonomi. Namun saat ini fokus utamanya pada keuangan. Kenapa saya tertarik pada ekonofisika? Alasan utamanya, saya ingin mengembangkan fisika di Indonesia. Artinya, kalau orang-orang itu semula begitu takut pada fisika, mudah-mudahan dengan ekonofisika, ketakutan itu akan berkurang, sehingga kita harapkan ke depan fisika bukan menjadi momok lagi, melainkan menjadi alat yang berguna bagi ilmu-ilmu lain, seperti untuk meramal saham. Bukankah itu menyenangkan. Dengan begitu, fisika tak lagi menakutkan.

Travelling

Ayo Bertanam Padi dan Membajak Sawah!

Wisata alam dengan konsep pertanian dan peternakan semakin berkembang di beberapa wilayah di Indonesia.Tujuannya, antara lain untuk memperkenalkan potensi pertanian dan peternakan kepada anak-anak, generasi muda dan para pelaku usaha di perkotaan.

Agrowisata berkonsep turun bertani ini, semakin menjamur di beberapa daerah. Di kawasan Jawa Barat, wisata alam yang menawarkan sensasi menanam padi, mencangkul, atau membajak sawah ini setidaknya ada lebih dari empat lokasi. Sasaran pasarnya tidak hanya orang dewasa dari perkotaan, tapi juga anak-anak. Tidak heran jika pada musim liburan sekolah bulan lalu, tempat-tempat wisata semacam ini ramai dikunjungi wisatawan.
Salah satunya adalah Little Farmers yang dikelola oleh Koperasi Karyawan PT Bio Farma Unit Agrobisnis. Tujuan wisata yang terletak di Jln. Kolonel Masturi Cisarua, Kabupaten Bandung ini mengajak para pengunjung untuk beternak dan bertani. "Kami membuat program pendidikan dengan memberikan pengalaman kepada anak-anak dan masyarakat perkotaan bagaimana mengalami secara langsung proses bertani dari mulai menanam hingga memanen. Para pengunjung juga bisa merasakan bagaimana cara beternak," kata Ruly Budiwan, salah seorang pengelola Little Farmers.
Wisata dilaksanakan di tempat terbuka dan alamiah di areal sekira 5 hektare di kaki Gunung Tangkubanparahu dan Gunung Burangrang. Nyaris tidak ada tempat yang dicor atau dipasang paving block di areal ini. Para pengunjung baik dengan rombongan, keluarga atau perorangan akan diajak bertani oleh para pemandu yang jumlahnya 27 orang. Para pengunjung akan belajar bagaimana melakukan pembenihan, menanam bibit, dan sekaligus memanen. Mereka akan melakukan proses belajar interaktif yang menyenangkan, karena selain belajar ilmu alam juga sekaligus memahami kebesaran Tuhan. Tentu saja, materi kegiatan disesuaikan dengan tingkatan kelompok dan usia sekolah.
Pada akhir kegiatan bertani, para pengunjung dipersilakan memanen sendiri sayur-sayuran. Mereka mencabut sendiri wortel kemudian dibawa pulang sebagai buah tangan. Pengunjung juga boleh memetik sendiri strawbery, namun buah yang akan dimakan ataupun dibawa pulang harus ditimbang terlebih dahulu. Tempat wisata ini juga memelihara sejumlah hewan ternak seperti kelinci, sapi perah, domba, dan cacing untuk proses composting. Selain melihat aneka macam hewan ternak dan bagaimana proses memeliharanya, para pengunjung bahkan boleh membeli ternak-ternak tersebut, terutama kelinci. Berbagai macam jenis kelinci dipelihara di sini, dari mulai jenis anggora, American rex, dan kelinci-kelinci biasa yang sering dijadikan sembelihan.
Saat istirahat, para pengunjung dipersilakan untuk singgah di saung. Mereka bisa menikmati susu murni, sembari menikmati hasil peternakan yang bisa langsung mereka rasakan. Susu ini memang bukan produk Little Farmers, tapi setidaknya rasa susu yang setiap hari mereka nikmati merupakan produk dari serangkaian proses yang baru saja mereka lakukan. Selain bertani dan beternak, para pengunjung juga bisa bermain di alam bebas. Mereka bisa melakukan outing berupa flying fox, two line bridge, arung jeram dan sebagainya. Pengalaman ini sangat bermanfaat bagi anak untuk mengembangkan diri.
Model wisata seperti ini tampaknya terus berkembang, seiring dengan banyaknya orang yang ingin kembali ke alam, back to nature. Di daerah Yogyakarta, tepatnya di Desa Kebon Agung, Kabupaten Bantul, juga terdapat wisata alam serupa. Wisatawan dapat melakukan berbagai kegiatan bertani seperti membajak, menanam padi, memberi pupuk, ani-ani panen, dan mencangkul. Bedanya dengan Little Farmers, kawasan wisata di Tanjung ini dipadu dengan kegiatan berlatih memukul gamelan, membatik serta mengenal tokoh-tokoh pewayangan.
Sambil duduk santai beralas tikar, pengunjung bisa menikmati kesenian tradisional yang hidup di desa itu, sambil mencicipi aneka makanan tradisional. Wisatawan juga dapat menikmati kesenian gejok lesung, karawitan, atau ketoprak di malam hari. Usai magrib, tamu dan warga berkumpul di pendapa rumah kepala dukuh, menyaksikan pertunjukan kesenian.
Jika tertarik, para tamu dapat ikut menari bersama warga, diiringi tabuhan alat-alat musik tradisional. Wisatawan juga diajak bersepeda mengunjungi Makam Raja-raja Imogiri, Goa Cerme, sentra kerajinan keris, kerajinan kulit wayang, Jembatan Gantung, dan pasar tradisional Imogiri, semuanya dekat Kebon Agung. Nikmatilah juga memancing dan berkano di Bendung Tegal, atau menangkap belut di pemancingan.
Kebon Agung adalah gambaran pariwisata yang berkembang atas inisiatif dan partisipasi penuh warganya. Kerja keras selama enam tahun mulai membuahkan hasil. Tahun 2003, Kebon Agung diresmikan menjadi desa wisata, dan kini dikunjungi ribuan wisatawan dalam maupun luar negeri. Perekonomian desa pun mulai bangkit.
Suasana alam pedesaan inilah yang hendak ditawarkan masyarakat Kebon Agung. Pertanian, peternakan, perikanan, makanan tradisional, dan keterampilan membatik menjadi tawaran aktivitas menyenangkan dan menambah wawasan. Ini masih dilengkapi wisata olahraga air di Bendung Tegal, seperti mendayung atau memancing. Ada pula Museum Tani yang menyimpan puluhan jenis alat tani tradisional. Semua dikemas terpadu menjadi paket wisata alternatif di bidang pendidikan.
Wientor Rah Mada, Dosen Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, dalam salah satu situs internet mengungkapkan, gejala aktivitas rural tourism di Indonesia sudah terlihat sejak dimulainya krisis pada tahun 1997. Dimulai dengan banyaknya orang perkotaan yang menuai depresi karena tekanan pekerjaan. Sayangnya, rural tourism merespons ini dengan sangat lambat. Beberapa entrepreneur melihat peluang dan mengembangkan atraksi tradisional dengan keunikan kedaerahan. Terdapat beberapa hotel di Jawa Barat yang sangat tradisional, bahkan tidak terdapat televisi di kamar, tetapi mencatat penjualan yang fantastis dengan harga yang tidak murah.
Walaupun pergerakan rural tourism berjalan dengan lambat, komposisi dan permintaan pasar terus menanjak setiap tahunnya. Di tahun 2004, 97 persen turis Jepang yang berkunjung ke Indonesia menginap di boutique hotel dengan harga yang diatas rata-rata. Hotel butik ini terletak di pedesaan, terutama di pegunungan atau di wilayah pantai. Biar pun pelayanan yang diberikan masih berbintang lima, tetapi keinginan untuk mencari keunikan menjadi dasar yang sangat penting untuk menentukan tren mendatang. Tren yang lebih green dan environmental friendly.
Konsep ini, ditambah dengan upaya untuk menambah pendapatan keluarga sebetulnya adalah alasan utama mengapa rural tourism diperkirakan akan segera menjadi booming. Petani, nelayan ataupun penduduk yang berprofesi konvensional dapat memaksimalkan kehadiran hotel butik tersebut untuk menjual pengalaman berkebun, menyiangi sawah, membajak sawah, sampai dengan menangkap udang galah di pantai. Sinergi penduduk sekitar dan hotel akan memunculkan memori yang indah bagi wisatawan.
Para petani dan pekerja tradisional tidak akan lagi bekerja musiman, karena kegiatan pariwisata secara holistik menutupi masa tidak produktif. Karakteristik petani kita yang kebanyakan mempunyai peternakan, lahan pertanian dan bahkan lahan pembiakan ikan semakin memudahkan mengatur itinerary. Seorang petani yang mempunyai dan menggarap lahannya sendiri dapat melibatkan anak-anaknya untuk mengurus aktivitas rural tourismnya.
Di Indonesia, dengan berlangsungnya otonomi daerah seharusnya dapat mendorong pariwisata ke arah perilaku rural. Berbagai keuntungan dapat didapat daerah, selain mendorong PAD, yang terpenting adalah tidak ditinggalkan oleh talenta (SDM) potensialnya. Sayangnya, arah kebijakan pariwisata daerah kerap kali tidak memunculkan ketajaman strategi dalam pengembangan rural tourism.
Bagi pengambil kebijakan di daerah, aktivitas di destinasi pantai akan selalu berhubungan dengan berenang, dan aktivitas di pegunungan dihubungkan dengan treking. Beberapa daerah bahkan jelas-jelas memproklamasikan diri tidak mempunyai potensi wisata yang cukup untuk dikembangkan. Padahal rural tourism tidak pernah membatasi dirinya dalam wujud aktivitas dasar. (Farid MS)

Hobi

Keindahan si Tubuh Berduri

Kaktus menjadi salah satu tanaman hias yang cukup digemar sejumlah eksekutifi. Selain perawatannya mudah, tanaman berduri ini juga mengandung banyak manfaat.

Mengelola dan merawat tanaman hias berharga mahal kini menjadi tren di kalangan sejumlah eksekutif. Ada yang suka mengoleksi Adenium, ada pula yang hobby merawat Kaktus. Andri Junarso, pengusaha ekspedisi kapal laut yang tinggal di Rawamangun, Jakarta Timur, mengungkapkan bahwa kegemaran mengoleksi dan merawat Kaktus bisa mendatangkan ketenangan batin tersendiri. “Usai sholat subuh, pikiran semakin tenang jika kita sempat merawat dan memperhatikan kaktus-kaktus di pekarangan rumah,” ujar ayah seorang anak ini.
Pada mulanya, kegemaran Andri mengoleksi tanaman mahal berjenis kaktus hanya sebuah keisengan belaka untuk mengisi waktu luang. Namun lama kelamaan, tanaman yang ia kelola terus bertambah. “Apalagi isteri saya juga sangat mendukung dengan membantu menyiram dan merawat kaktus koleksi kami,” katanya.
Abdul Cholik, penjual berbagai jenis tanaman hias mahal menuturkan, kaktus termasuk tanaman yang sangat mudah perawatannya, karena merupakan tanaman sekulen yang tidak membutuhkan banyak air. Ada dua jenis macam Kaktus, yaitu yang tidak perlu sinar matahari dan ada yang membutuhkan sinar matahari. “Karena itu, tanaman ini termasuk yang tidak terlalu merepotkan pemiliknya,” kata Abdul Cholik.
Untuk mempromosikan tanamannya Abdul Cholik mengaku sering mengikuti pameran tanaman. Sedangkan untuk belajar dan menambah koleksi kaktunya, ia beberapa bulan sekali meluangkan waktu pergi ke Lembang, Bandung. Sedangkan, untuk adenium banyak terdapat di Karang Tengah dan Meruya, Jakarta Barat dan untuk tanaman jenis Euphorbia bisa didapat di Depok. Dengan modal pribadinya yang sudah tak terhitung ia memfokuskan hobinya ini agar lebih baik di masa depan terutama dalam hal promosi. “Awalnya saya menawarkan pada teman-teman dekat di kantor namun lama-kelamaan saya berinisiatif untuk membuka toko tanaman sendiri di daerah Ragunan Kav. Taman Anggrek dengan nama Aida Flora,” jelas bapak dua anak ini.
Kaktus (Opuntia spp) sebenarnya merupakan tanaman asli dari daerah benua Amerika yang sangat mudah berkembang atau gampang memperbanyak diri. Praktis ditancapkan batangnya saja langsung tumbuh dan sangat mudah beradaptasi di setiap jenis mutu lahan dan sangat rendah tuntutannya terhadap air. Di lahan gurun pun tanaman kaktus mudah tumbuh.
Tanaman Kaktus sendiri, menurut FG Winarno, Guru Besar Bioteknologi Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta, pertama kali masuk ke Indonesia karena dibawa oleh orang Belanda pada akhir abad ke-19. Awalnya, Kaktus tersebut dikembangkan untuk pakan ternak di daerah Nusa Tenggara. Di berbagai lahan gersang, kaktus dapat tumbuh subur. Tetapi, karena tidak mendapat perhatian dan pembudidayaan yang memadai, kaktus di Indonesia masih terbengkalai sehingga saat ini kedudukan kaktus sangat rendah di masyarakat, yaitu hanya dikenal sebagai the breed of the poor.
Selain dimanfaatkan sebagai tanaman hias, buah dan batang Kaktus sejatinya sangat kaya akan sari buah yang beras manis. Sari kaktus dapat dikonsumsi langsung atau dikombinasikan dengan buah-buahan lain, baik dalam minuman es campur maupun es krim. Sari Kaktus memiliki kandungan karbohidrat, kalium, phosphor kalium, serta vitamin B dan C. Buahnya dapat digunakan sebagai bahan baku untuk membuat jam, jelly, wine, dan vinegar (cuka).
Kulit kaktus sangat tebal, yaitu sekitar 30 persen dan sekitar 40 persen dari total berat, dapat digunakan sebagai bahan pembuatan lem (glue) dan bahkan dapat digunakan untuk bahan pengental makanan. Berbagai jenis kaktus, khususnya yang telah berbunga, banyak peminatnya sebagai ornamental plant karena bentuknya yang eksotis dengan bunga yang beraneka bentuk dan warna.
Oleh karena memiliki banyak keuntungan, serta persyaratan agroekologinya rendah, tanaman kaktus memiliki potensi untuk dijadikan sebagai bahan makanan.
Di Meksiko banyak makanan tradisional yang menggunakan bahan mentah tanaman Kaktus, di antaranya napatilas, yaitu batang kaktus muda dan dimasak bersama-sama daging. Pada umumnya jenis kaktus yang tak berduri lebih disukai. Produk lainnya bernama melcocha, dibuat dengan cara menggodok buah kaktus yang telah dikuliti sampai memiliki konsistensi seperti toffee. Melalui proses fermentasi dapat dihasilkan sejenis wine yang keras disebut colonche.
Di Sicily, Italia, bunganya yang berwarna merah ungu secara komersial dapat digunakan sebagai zat pewarna merah alami. Di Afrika Selatan, bunga kaktus dibuat sirup untuk dituangkan di atas es krim sebagai dekorasi yang dapat dimakan. Buah kaktus memiliki warna ungu yang menjadikan buah sangat menarik perhatian. Warna yang dimiliki buah kaktus disebabkan oleh pigmen alami yang disebut betalains.
Di Indonesia saat ini budidaya kaktus masih terfokus untuk tanaman hias, belum pernah dikembangkan menjadi suatu usaha industri yang menguntungkan seperti industri pigmen dan obat-obatan. Sebagai tanaman hias, kaktus memiliki penampilan yang indah, sangat menarik, meskipun acapkali berkesan aneh. Daya tarik tanaman kaktus antara lain karena bentuk perawakannya yang sangat bervariasi. Misalnya kaktus Echinocactus grusonii yang dapat berukuran sebesar drum atau Astrophylum asterias yang mirip mahkota yang berbentuk bulat dan berjuring delapan yang tengahnya berderet titik-titik putih, indah sekali.
Durinya dapat tersusun rapi dan indah. Kaktus Ferocactus, latispinus memiliki duri yang berwarna coklat tua dan kaku. Bunganya dapat bervariasi, warna-warni, dan ada jenis yang berbunganya jarang muncul, artinya ada yang muncul setiap 10 tahun sekali, misalnya kaktus E grussoni. Ada kaktus yang bunga pertamanya baru muncul pada umur 40 tahun, Espostoa canata bulunya halus menyelimuti batang.
Meskipun perawatannya tergolong mudah, jika tak memperoleh perhatian yang memadai tanaman Kaktus lama-lama akan menjadi kusam, merana dan enggan bertunas. Media tanam memadat keras, potnya berlumut tebal, dan sebagian akarnya menyembul ke luar melampaui bibir pot. Untuk menghindari hal tersebut, hal penting yang harus diperhatikan adalah dengan melakukan penggantian media tanam, atau yang lazim disebut repotting. Caranya, adalah dengan mengganti pot lama dengan pot baru yang ukurannya lebih besar ketimbang pot lama. Jangan lupa, pilih pot yang porous (memiliki lubang untuk keluar air). Pilih pot yang bentuk dan warnanya serasi dengan sosok kaktus.
Setelah itu, sediakan media tanam yang baru. Ada beberapa alternatif media tanam sesuai keinginan, antara lain: tanah, pupuk kandang atau kompos, dan pasir (1:1:1), pupuk kandang, sekam padi, dan pasir (3:2:1), tanah, pupuk organic upper TW plus, dan pasir (4:1:1), pasir, humus, dan pakis halus (2:1:1), atau kompos dan pasir (2:1).
Agar media tanam tak mudah mengeras dan air dapat mengalir leluasa, berikan selapis pecahan genting pada dasar pot, lalu media tanam dimasukkan hingga hampir penuh. Tanaman kaktus dalam pot lama disiram sampai basah. Lalu, keluarkan tanaman kaktus dari pot, dan bersihkan akar dari media tanam yang masih melekat, dan gunting sebagian akarnya serta masukkan Kaktus ke dalam pot baru. (Farid MS. Laporan dan foto-foto Melien)

Boks:
Ciri-Ciri Kaktus:
Tidak mempunyai daun, kecuali sebagai tempat anak suku Pereskioidea.
Batangnya yang berhijau daun sebagai tempat cadangan air.
Permukaan batangnya tertutup dengan lapisan lilin untuk mencegah penguapan air.
Batang dan cabangnya berduri, kadang-kadang dilengkapi bulu-bulu halus.
Cabang, bunga, dan durinya muncul dari lubang-lubang kecil, yang terdapat di permukaan tubuhnya yang disebut areola.
Akarnya panjang menyebar agar dapat menyerap lebih banyak air.



Profil Fokus Utama

MEREKA BERKARYA UNTUK DIRI DAN ORANG LAIN

Menjadi pribadi yang bisa memberi inspirasi bagi orang lain tentu bukan perkara mudah. Toh, beberapa nama berikut, sadar atau tidak, telah berbuat sesuatu yang cukup berarti bagi diri dan lingkungannya. Selain nama-nama tersebut di bawah ini tentu masih banyak nama lain yang bisa disebut. Profil yang tersaji di bawah ini sekilas memberi gambaran tentang apa yang mereka lakukan.

Ide Kreatif Helmi Yahya
Presenter kondang dan produser acara televisi Helmi Yahya punya cara sendiri untuk menjadikan dirinya bermanfaat bagi orang lain. Sebagai produser beberapa program acara televisi, Presdir PT Triwarsana ini sengaja membuat tayangan-tayangan inspirasional yang bermanfaat buat orang banyak seperti tayangan Tolooong, Nikah Gratis, Bedah Rumah dan Uang Kaget. Selain itu, Helmi juga membuat tayangan yang cukup inspirasional berupa kuis dengan jumlah peserta hingga 100 orang yakni kuis Siapa Berani.
Menurut Helmi, umumnya tayangan-tayangan televisi tersebut merupakan hasil pemikirannya sendiri, meskipun ada beberapa diantaranya yang terinspirasi dari tayangan sejenis di luar negeri. Debut pertama Helmi sebagai produser tayangan televisi dimulai dari tayangan kuis Siapa Berani. Kuis yang dimulai setiap pukul 8 pagi dan ditayangkan setiap hari tersebut dianggap inspirasional karena menghadirkan 100 peserta dengan soal-soal yang dinilai dapat menambah pengetahuan dan wawasan baik bagi anak sekolah maupun orang dewasa. “Sebelumnya baik masyarakat maupun pengelola stasiun televisi mungkin sama sekali tak pernah menduga akan tayangan-tayangan seperti itu dan ternyata cukup digemari pemirsa,” kata pria kelahiran Palembang, 6 Maret 1963 itu.
Saat ini, bapak tiga anak dari pernikahannya dengan Helfanci tersebut tengah membuat sebuah tayangan variety show dari Departemen Pertanian yang ditujukan untuk menginspirasi para petani bahwa profesi petani bukanlah pekerjaan buruk. Bukan pula alternatif pekerjaan karena tidak ada pekerjaan lain. “Saya ingin membuka mata banyak orang bahwa profesi petani adalah mulia,” kata Helmi.
Lantas, apa yang membuat Helmi terpacu menggali ide-ide kreatifnya guna menghadirkan tayangan serupa tadi? Adik kandung Tantowi Yahya tersebut berpendanpat, sebagai seorang pengusaha dalam berbagai bidang, dia terpikir alangkah baiknya jika apa yang dihasilkan dan dikerjakannya dapat bermanfaat bagi orang lain. “Bagi saya hal itu adalah yang utama. Karakter yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan saya sehari-hari,” ujar alumnus STAN Jakarta tersebut.
Karena itu, ketika ia mendapatkan banyak kesempatan untuk memproduksi tayangan televisi, mantan karyawan di rumah produksi milik Ani Sumadi ini berusaha mengedepankan hal itu. Mantan pegawai di Departemen Keuangan ini mengaku sangat beruntung karena memiliki ide sekaligus kesempatan untuk menyalurkan ide-idenya. Memperoleh ide dan peluang bisnis yang dapat memberikan penghasilan kepada diri sendiri maupun banyak orang, dengan hasil karya yang dapat diterima dan bermanfaat untuk banyak orang pula.
Toh, tak selamanya ide-ide kreatif Helmi dalam memberikan tayangan alternatif kepada masyarakat dapat diterima dengan baik oleh semua pihak. Ada pula sebagian pihak yang menuduhnya mengeksploitasi golongan masyarakat berpenghasilan menengah bawah untuk memperoleh keuntungan pribadi. Menanggapi hal itu Helmi berpendapat lebih tidak berkomentar karena karena hanya membuat ide-ide kreatifnya menjadi mandek dan tidak produktif.
“Mengapa mereka tidak menilai justru ini adalah tayangan alternatif karena program televisi terlalu dipenuhi oleh tayangan sinetron dan program-program tayangan kekerasan yang justru merugikan. Sebaliknya, jika saya mengajak masyarakat dari kelas ekonomi menengah bawah, karena memang mereka-lah yang lebih membutuhkan pertolongan,” kata Helmi yang mengaku dalam kehidupan pribadi sehari-hari, berusaha untuk tidak menyakiti orang lain. (Ita)

Amalia Yunita
Mencintai Alam sekaligus Berbisnis
Perawakannya yang kecil dan langsing sungguh jauh dari bayangan orang kebanyakan tentang aktifitasnya sehari-hari. Amalia Yunita, wanita bertubuh kecil itu, hampir mendedikasikan sebagian besar hidupnya untuk alam. Berbagai kegiatan yang berhubungan dengan alam telah dan terus ia jalani hingga kini, mulai dari arung jeram, panjat tebing, atau bertualang ke tengah hutan belantara, baik di dalam maupun luar negeri. “Aku merasa kecintaanku pada alam telah menjadi bagian dari kehidupan, sama seperti kecintaanku pada keluarga,” kata ibu dari dua anak hasil perkawinannya dengan Loddy Korua ini.
Dalam wawancara khusus dengan People & Business, beberapa waktu lalu, wanita yang akrab disapa Yuni ini mengisahkan bahwa ketertarikannya pada alam sudah tertanam ketika ia aktif di kelompok pecinta alam di kampusnya, Universitas Trisakti, Jakarta. Di kampus ini pula, Yuni melalui kelompok pendaki putri bernama Aranyacala, menjadi salah satu motor pendakian puncak gunung-gunung tertinggi di dunia. Beberapa tahun lalu, bersama Herawati Rambe, Dini Pusianawati, Tejasari, Daisy Harsa dan Nova Novianti, Yuni bergabung dalam tim Arung Jeram di Sungai Zambezi, yang melintang di dua negara Zimbabwe dan Zaire.
Ketika mengunjungi sungai Zambezi, Zimbabwe, Afrika, ia terkesima menyaksikan arum jeram menjadi industri di sana. Wisata arung jeram sangat marak sehingga dapat menghidupi masyarakat di suatu kota. Dari sisi cinderamata, di sepanjang jalan banyak sekali orang berjualan cinderamata khususnya yang berkaitan dengan kegiatan arung jeram.
Dari pengalamannya menikmati arus liar Zambezi itu, Yuni mendapatkan ide untuk berbisnis wisata arung jeram. Ia merasa memperoleh inspirasi setelah pulang dari Zimbabwe. Keinginannya semakin kuat mengingat sungai-sungai di Indonesia bagus-bagus dan belum ada yang mengembangkan. Untuk mewujudkan keinginan itu Yuni, bersama Lody Korua, pria yang kini menjadi suaminya, melakukan survei. Setelah semua perencanaan matang, keduanya mendirikan PT Lintas Jeram Nusantara dengan label Arus Liar sekitar pertengahan 1995.
Kini, di tengah ketatnya persaingan bisnis pengelolaan wisata arung jeram, nama Arus Liar seolah telah menjadi icon petualangan olah raga sekaligus wisata arung jeram. Yuni mengakui, setelah ia bersama suami dan teman-temannya berhasil mengembangkan Arus Liar, belakangan memang banyak pemain lain yang ikut menekuni usaha serupa. “Ini bagus agar kami bisa terus memperbaiki diri, sekaligus memperkenalkan wisata alam kepada masyarakat,” katanya.
Ke depan, ia merencanakan akan mengembangkan usaha serupa di sebuah kota yang memang memiliki alur sungai yang menarik dijadikan sarana hiburan sekaligus transportasi publik. “Masih dalam perencanaan sehingga saya belum bisa menyebutkan tempatnya,” kata Yuni. (Farid)

Prof. Johanes Surya, PhD
Mendorong Ilmuwan Indonesia Berkelas Dunia
Kontribusi Prof. Johanes Surya PhD dalam memajukan kualitas pendidikan nasional tentu tak diragukan lagi. Di tengah situasi pendidikan nasional yang masih berkabut, lelaki sederhana ini seperti menyeruak dan memberikan angin segar dengan menampilkan prestasi para pelajar Indonesia di pentas dunia dalam bidang olimpiade fisika.
Sebelum Johanes Surya melakukan gebrakan dan akhirnya menjadi bahan publikasi, tak pernah terbayangkan bahwa pelajar Indonesia bisa berprestasi di tingkat dunia. Lelaki berkaca mata minus ini pun mengakui bahwa langkah awal untuk membawa tim Indonesia ke olimpiade fisika dunia, banyak kalangan yang meragukannya. Toh, Johanes yang lahir dan dibesarkan di kalangan tentara ini tak pantang surut.
Langkah pertama yang ia lakukan adalah ketika Johanes masih bekerja di International Center for Physic & Mathematics Universitas Pelita Harapan, ia menginisiasikan Asian Physic Olympiade, sebuah ajang kompetisi fisika tingkat Asia yang ditujukan untuk persiapan kader-kader Asia yang bertanding di tingkat dunia. Ia memaparkan, pada awal keterlibatannya, ia menghadapi tantangan cukup besar. “Tantangan terbesar adalah dalam hal pendanaan, karena ajang ini tidak terlalu menarik bagi pihak lain untuk mendanai,” ujarnya mengenang. Meski begitu Johanes tetap melangkap maju.
Hasilnya, pertama kali maju ke olimpiade, tim yang dipimpin Johanes meraih medali perunggu. Kini, di tangan Johanes Surya Indonesia telah lima kali memperoleh prestasi dalam kompetisi fisika internasional.
Dalam wawancara khusus dengan Indraria dari People & Business, Johanes mengakui bahwa pada awalnya ia tak punya cita-cita yang terlalu tinggi. Apalagi sampai namanya dikenal di manca negara. “Saya sadar bahwa saya adalah dari keluarga tentara yang berpangkat rendah yang secara ekonomi tidak terlalu mampu. Karena itu, cita-cita saya waktu itu ya cuma ingin menjadi guru yang baik agar bangsa ini bisa mengejar ketertinggalan dari bangsa lain,” tukasnya dengan mimik serius. Toh, karena prestasinya, Johanes berhasil meraih pendidikan yang lebih tinggi lantaran memperoleh beasiswa.
Tentang kecintaannya terhadap fisika yang oleh sebagian kalangan masih dipandang sebagai ilmu yang njlimet dan tidak menarik, Johanes mengatakan bahwa pada dasarnya fisika adalah ilmu yang sangat menarik untuk dipelajari. Hal ini ia buktikan, setelah bertahun-tahun menggeluti ilmu fisika, kecintaannya terhadap ilmu ini justru semakin besar. Untuk membuat fisika menjadi ilmu yang mudah dan menarik bagi semua orang, Johanes melakukan riset dan observasi mengenai hal tersebut. “Saya ingin agar generasi muda kita semakin mencintai fisika, sehingga kelak Indonesia memiliki ilmuwan besar bidang fisika di tingkat dunia,” kata Johanes.
Sebagai mediator yang mendorong munculnya ilmuwan muda bidang fisika, Johanes tentu tak ingin berhenti hanya di kompetisi. Ke depan, para kader ilmuwan tersebut akan ia salurkan ke universitas-universitas peraih nobel seperti Princeston, Standford, dan MIT melalui program beasiswa. Hal ini diharapkan agar anak-anak muda Indonesia berprestasi tadi berkesempatan memperoleh bimbingan dari ilmuwan besar, yang bisa jadi salah satunya adalah peraih nobel.
Johanes berkeyakinan bahwa apa yang ia lakukan selama ini sedikit banyak akan memberi arti bagi upaya pembangunan kualitas SDM di Indonesia. “Yang mereka perlukan adalah wadah yang tepat serta kesempatan yang dapat mendukung keberhasilan mereka,” kata Johanes yang mengharapkan agar suatu saat kelak Indonesia dapat meraih nobel.



Profil UKM

AR-RUM SARI
MENYEBARLUASKAN BUDAYA SOLO

Melalui badan usaha rias penganten yang ia kelola dengan bendera Ar-Rum Sari, Dra. Hj. Soekiyah Nayono berusaha memberi andil dalam pelestarian dan penyebarluasan budaya dan tradisi Solo.

Selama ini, Solo memang dikenal sebagai kota budaya. Tidak berlebihan jika berbagai hal yang berkaitan dengan budaya dan adat istiadat Jawa, Solo menjadi salah satu rujukan masyarakat. Dalam hal rias pengantin, misalnya, kota yang berjarak 30 kilometer sebelah timur Yogyakarta ini sangat dikenal sebagai pusatnya para perias pengantin adat Jawa.
Menurut Dra. Hj. Soekiyah Nayono, salah seorang penyedia jasa rias penganten asal Solo berlabel Ar-Rum Sari, popularitas kota Solo sebagai pusat budaya Jawa, memang telah membantu tumbuhnya bisnis jasa rias penganten di kota tersebut. Meski begitu, dari sekian banyak juru rias tersebut, menurut Soekiyah, yang benar-benar menguasai tradisi dan budaya Solo dalam sebuah prosesi pernikahan, jumlahnya tidak terlalu banyak. “Selebihnya ya Cuma ikut-ikutan,” katanya.
Pada awalnya, menurut Soekiyah, usaha yang ia kelola sejak tahun 1970-an itu merupakan bisnis sampingan. Pekerjaan utama Soekiyah adalah guru di sebuah SMU di kota Solo. Sebagai pendidik, prestasi Soekiyah cukup membanggakan. Pada tahun 1991, misalnya, ketika ada program beasiswa untuk pelatihan dan peningkatan guru bidang kejuruan di Amerika Serikat, Soekiyah termasuk salah satunya. “Padahal, waktu itu seleksinya sangat ketat. Harus bisa Bahasa Inggris, komputer dan sebagainya,” kata Soekiyah mengenang. Selama kurang lebih berada di negeri Paman Sam, Soekiyah berkesempatan mengunjungi sejumlah universitas dan melakukan sosialisasi dengan warga sekitar.
Meski telah berkesempatan ke luar negeri, toh tetap saja Soekiyah melihat bahwa profesi guru secara finansial kurang mendukung ekonomi keluarga. Karena itu, sambil menjalani profesinya sebagai guru, Soekiyah sedikit demi sedikit mulai membesarkan usaha rias pengantennya. Dulu, ketika memulai usaha, Soekiyah hanya memerlukan modal sebesar dua bulan gajinya sebagai guru. Namun, dalam perjalanannya kemudian, seiring dengan meningkatnya jumlah pelanggan, modal yang telah ia benamkan mencapai lebih dari Rp200 jutaan.
Dari sisi staf yang dikaryakan juga terus bertambah, dari semula hanya tiga orang menjadi belasan orang. Hebatnya, meski tanpa promosi dan publikasi yang memadai dan hanya mengandalkan informasi dari mulut ke mulut, rias penganten milik Soekiyah telah melanglang berbagai kota di Indonesia, seperti Jogjakarta, Bandung, Jakarta, Surabaya, Sumatra Selatan, bahkan sampai ke Manado.
Soekiyah mengaku tak memiliki kiat-kiat khusus dalam mengelola Ar-Rum Sari. “Kuncinya ya biasa saja, kami bekerja secara amanah dan profesional. Bahan-bahan kosmetika yang kami gunakan senantiasa dikonsultasikan dengan pelanggan agar mereka tidak kecewa,” kata Soekiyah. Dalam hal tarif, Soekiyah juga mengaku tak terlalu kaku dalam mematok harga. Ia memaparkan, ada beberapa paket yang ia tawarkan dengan kisaran harga Rp10 jutaan per paket. “Ini pun masih bisa disesuaikan lagi dengan kondisi dan selera pelanggan,” katanya.
Harga sebesar itu merupakan harga paket yang terdiri dari seluruh rangkaian prosesi pernikahan. Berbeda dengan perkawinan nasional yang serba praktis, perkawinan adat Solo memerlukan rangkaian prosesi yang sangat panjang. Sehari sebelum pernikahan, misalnya, biasanya gerbang rumah pengantin perempuan akan dihiasi Tarub atau janur kuning yang terdiri dari berbagai macam tumbuhan dan daun-daunan. Di sini ada dua pohon pisang dengan setandan pisang masak pada masing-masing pohon yang melambangkan suami yang akan menjadi kepala rumah tangga yang baik dan pasangan yang akan hidup baik dan bahagia dimanapun mereka berada.
Ada juga tebu Wulung atau tebu merah, yang berarti keluarga yang mengutamakan pikiran sehat dan cengkir gading atau buah kelapa muda, yang berarti pasangan suami istri akan saling mencintai dan saling menjagai dan merawat satu sama lain. Selain itu, di atas gerbang rumah juga dipasang hiasan dari daun kelapa untuk mengusir roh-roh jahat dan sebagai tanda bahwa ada acara pernikahan sedang berlangsung di tempat tersebut.
Sebelum Ijab atau upacara pernikahan, dilangsungkan siraman untuk membersihkan jiwa dan raga. Siraman biasanya dilakukan di kamar mandi atau taman keluarga masing-masing dan dilakukan oleh orang tua atau wakil mereka. Ada tujuh penolong yang biasanya terdiri dari tujuh orang yang dianggap baik atau penting - yang membantu acara ini. Airnya merupakan campuran dari kembang setaman yang disebut Banyu Perwitosari yang jika memungkinkan diambil dari tujuh mata air dan melambangkan kehidupan. Keluarga pengantin perempuan akan mengirim utusan dengan membawa Banyu Perwitosari ke kediaman keluarga pengantin pria dan menuangkannya di dalam rumah pengantin pria.
Dalam pandangan Soekiyah, bisnis rias penganten memang cukup menguntungkan secara finansial. Namun, di balik itu semua sebenarnya ada kepuasan lain yang ia rasakan, yakni ikut memelihara dan menyebarluaskan tradisi dan budaya Jawa, khususnya Solo kepada seluruh masyarakat Indonesia. “Ini sebuah kepuasan yang tidak bisa dinilai secara materi,” ujarnya. (Farid, laporan Sonny-Solo)