Senin, 20 April 2009

Inspirasi

Theresopportunitynowhere

Oleh AN Ubaedy
Anggota Dewan Redaksi People & Business

Teori peluang mengajarkan bahwa dunia dan seisinya ini bisa digambarkan seperti susunan huruf Theresopportunitynowhere. Sebagai manusia yang diberi kebebasan memilih, kita bebas menyusunnya menjadi kalimat There is opportunity now here. Tapi bisa juga menyusunnya menjadi There is opportunity no where. Semua terserah kita.
Orang optimis memiliki pandangan hidup yang fair, adil atau sesuai dengan bagaimana hidup ini bekerja sesuai dengan ketatapan Tuhan. Sebagai contoh, misalnya Anda ingin menjadi pengusaha. Jika Anda hanya menerima keberhasilan atau keuntungan, tetapi Anda tidak menerima keberhasilan atau keuntungan, tetapi Anda tidak bisa menerima kerugian atau kegagalan. Ini namanya kurang fair. Pandangan semacam inilah yang kerap membuat kita pesimis.
Bagaimana melihat segala sesuatunya dengan fair? Baik agama atau ilmu pengetahuan mengajarkan bahwa ketika kegagalan belum terjadi, maka kita harus berusaha mengantisipasi, menutup celah, atau berusaha seoptimal mungkin untuk berhasil. Tetapi ketika kegagalan itu sudah terjadi, maka yang diperintahkan adalah mengakui keberadaannya dan menerima sebagai landasan atau dasar untuk memperbaiki diri. Ini akan membuat kita tetap optimis.
Kebanyakan kita tidak bisa menjadi orang optimis karena menolak hal-hal buruk yang sudah terjadi (bukan menerima untuk memperbaiki diri) atau menolak hal-hal selain yang kita inginkan (menjadi perfeksionis yang salah). Para pakar kesehatan mental menyimpulkan, salah satu penyebab yang membuat orang gagal memiliki harapan optimistik adalah sikapnya yang kurang sehat.
Bagaimana sikap dan pandangan yang kurang sehat itu? Salah satunya adalah ketika kita tidak bisa menerima kenyataan dengan berbagai macam warna-warninya kehidupan. Ketika kita tidak bisa menerima kenyataan hidup ini apa adanya, yang kerap terjadi malah membuat kita mudah terkena stress. Kalau sudah begini, harapan kita juga terancam. Tetaplah berharap akan adanya kehidupan yang lebih baik tetapi juga harus sadar terhadap kenyataan hidup yang ada yang terkadang baik-baik saja, kadang juga tidak terlalu baik.
Terkait dengan pandangan hidup ini, sebetulnya semua manusia memiliki alasan yang tepat untuk pesimis atau optimis. Kalau bicara alasan yang bermanfaat untuk kita, tentu alasan optimis yang jauh lebih bermanfaat untuk kehidupan kita. Jadi, yang perlu kita ingat di sini adalah membedakan alasan yang menurut kita benar dan alasan yang bermanfaat untuk kita. Dietrich
Bonhoeffer mengatakan, esensi dari optimisme bukan untuk mengubah kenyataan yang sudah menimpa kita, tetapi kita butuhkan untuk mengubah kenyataan yang belum terjadi. Optimisme adalah sumber inspirasi, vitalitas dan harapan. Optimisme akan mendorong kita untuk mengangkat pandangan mata lebih atas, menciptakan masa depan bagi diri sendiri dan tidak menjadikan masa depan sebagai sumber ketakutan atau ancaman.
Pandangan hidup adalah pilihan yang kita ciptakan. Kalau kita menciptakan pandangan yang positif terhadap diri sendiri, ini tidak berarti di dalam diri kita tak ada hal-hal negatif. Demikian juga kalau kita menciptakan pandangan yang positif terhadap keadaan, tidak berarti di sana tidak ada hal-hal negatif. Hal-hal positif ada di mana-mana, demikian juga hal-hal yang negatif. Yang ditawarkan kepada kita adalah pilihan.
Karena itu, ada istilah yang kerap dikemukakan oleh para motivator yakni half full, bukan half empty. Dunia dan seisinya ini bisa digambarkan seperti gelas yang berisi separuh air. Anda bisa mengatakan gelas tersebut setengah isi, atau bisa saja menyebut setengah kosong. Kedua pandangan tersebut kedua-duanya memang benar, tapi yang kita kehendaki adalah bukan memilih salah satu mana yang benar, melainkan mana yang lebih bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar